Liputan6.com, Jakarta - Republik Rakyat Bangladesh memberikan beragam potensi negaranya di sektor industri dan investasi. Benefit dan zona-zona khusus ekspor pun gencar ditawarkan sebagai fasilitas bagi investor.
Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Mayor Jenderal Azmal Kabir, merinci bermacam benefit bagi investor. Mulai dari insentif pajak sampai tujuh tahun, akses bebas ke Uni Eropa, hingga tawaran kewarganegaraan bagi investor dengan nominal USD 500 ribu.
Baca Juga
Bangladesh menyebut punya jumlah angkatan kerja sejumlah 106,1 juta dengan jumlah angkatan kerja muda (15-29 tahun) berjumlah 20,8 juta orang.
Advertisement
"Saya pikir para investor Indonesia akan lebih meraup banyak untung di Bangladesh," ujar Azmal Kabir kepada Liputan6.com, Kamis (23/1/2020) di Jakarta.
Bangladesh memiliki empat badan yang mendorong investasi, yakni Bangladesh Export Processing Zones Authority (BEPZA), Bangladesh Investment Development Authority (BIDA), Bangladesh Economic Zones Authority (BEZA), dan Bangladesh Hi-Tech Park Authority (BHTPA).
Dubes Azmal berkata BEPZA dan BEZA telah diajak ke Indonesia untuk menunjukkan kapabilitasnya. Sementara dua lainnya akan diundang dalam periode yang akan datang.
BEPZA memberikan insentif berupa tax holiday, duty free untuk barang ekspor-impor, pengecualian pajak dividen, fasilitas Generalized System of Preferences (GSP), serta bebas duty dan kuota menuju negara-negara maju, seperti Australia, Kanada, dan Jepang.
Dalam segi insentif non-fiskal, BEPZA juga memperbolehkan pihak asing memiliki 100 persen perusahaan, tak ada batas investasi asing, dan pemberian kewarganegaraan. Sejauh ini ada 266 perusahaan asing 100 persen yang beroperasi di zona BEPZA.
Bangladesh pun sudah tergabung ke World Intellectual Property Organization (WIPO) dan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) untuk meyakinkan investor.
"Bangladesh memiliki salah satu insentif yang paling kompetitif di dunia," jelas Dubes Bangladesh.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia Ingin Bermitra
Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini berkata Indonesia siap untuk memperkuat ekonomi bersama Bangladesh. Presiden Joko Widodo juga sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin Bangladesh Sheikh Hasina.
"Saya sangat senang kini Bangladesh memiliki banyak zona ekonomi khusus dan zona industri serta mengundang Indonesia untuk menuai hal positif dari demografis dan pertumbuhan Bangladesh," ujar Made
"Kami ingin menjadi mitramu dan tumbuh bersama," lanjutnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan kedua megara mencapai USD 1,37 miliar hingga November tahun lalu. Angka itu turun 2,19 persen dari 2018.
Pada 2018, ekspor utama Indonesia ke Bangladesh adalah berkat produk sawit dengan total USD 756 juta. Marthini menyebut produk sawit Indonesia memang terbaik di dunia dari segi kualitas dan harga.
Sementara, ekspor Bangladesh ke Indonesia yang pertama adalah kabel senilai USD 20,8 juta, kemudian setelahnya didominasi produk-produk pakaian.
Advertisement