Sukses

26-1-1531: Tsunami Dahsyat Lisbon yang Nyaris Terlupakan Sejarah

Tsunami ini sempat dilupakan sejarah hingga disebut murka Tuhan. Bagaimana kisahnya?

Liputan6.com, Lisbon - Pada pagi hari 26 Januari 1531, antara pukul jam 04.00 sampai 05.00, dimulailah rangkaian bencana dahsyat di Lisbon di Kerajaan Portugal. Jumlah kematian tragedi gempa dan tsunami ini mencapai 30 ribu orang, namun kisahnya hampir dilupakan sejarah.

Gempa dan tsunami Lisbon 1531 tidak terkenal seperti bencana alam yang sama di kota yang sama pada 1755. Gempa dan tsunami Lisbon di 1755 memang lebih dahsyat dengan korban hingga 100 ribu orang.

Menurut karya ilmiah tulisan lima peneliti dari Universitas Lisbon yang terbit pada 2012, gempa bumi 1531 kembali diketahui dunia modern ketika seorang akademisi tidak sengaja menemukan surat kuno pada sebuah toko buku di Lisbon.

Isi surat itu menggambarkan kedahsyatan bencana yang terjadi di Lisboa pada 1531, dua abad sebelum bencana 1755.

Gempa yang terjadi pada 1531 menewaskan sekitar 1.000 orang. Setelah gempa, muncul tsunami yang menewaskan hingga 30 ribu orang lain. Kabar mengenai tsunami itu juga diabadikan oleh penyair Garcia de Resende.

"Pagi pada hari Selasa itu ada sebuah gempa bumi besar di Portugal yang tak pernah ada yang melihat tandingannya," tulis Resende. Ia pun menggambarkan bagaimana air laut surut, persis seperti kejadian sebelum tsunami. 

Ilmuwan Universitas Lisbon memperkirakan gempa itu memiliki kekuatan antara magnitudo 6,4 hingga 6,6. 

Saat itu, ada yang menyalahkan Yahudi atas bencana gempa dan tsunami itu. Bagaimana ceritanya?

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Ira Dei

Usai bencana dahsyat di 1531, ada oknum pemuka agama yang menyampaikan kebencian bahwa gempa dan tsunami yang terjadi akibat adanya orang Yahudi. Oknum-oknum itu menyebut bencana itu sebagai murka Tuhan (Ira Dei).

Ketika itu kebencian terhadap orang Yahudi sangatlah kejam di Eropa. Pada 1506 saja ada pembantaian kaum Yahudi besar-besaran di Lisboa.

Menurut buku Gil Vicente tulisan Jack Horace Parker, situasi gaduh itu ditenangkan oleh sastrawan Gil Vicente. Ia adalah tokoh seni masyhur pada zamannya dan dekat dengan para keluarga kerajaan.

Gil yang saat itu sudah uzur turut merasakan bencana di Lisboa, tetapi ia masih berjuang mencegah terjadinya kebencian usai bencana itu.

Ia menulis surat kepada Raja John III bahwa bencana yang terjadi merupakan fenomena alam dan bukan karena murka Tuhan.

Tak lupa, ia pun mengingatkan para pemuka agama itu bahwa untuk menyebarkan ajaran agama haruslah dengan kasih sayang, bukan dengan provokasi.