Liputan6.com, Amerika Serikat - Sabtu 25 Januari 2020 lalu, Pentagon mengatakan bahwa 34 tentara AS didiagnosis menderita traumatic brain injuries (TBI) atau cedera otak traumatis, setelah kejadian serangan Iran di pangkalan mereka di Irak.
Namun jumlah tentara yang menderita TBI dikonfirmasi bertambah. 64 personel militer AS kini telah didiagnosis dengan cedera otak traumatis ringan setelah serangan rudal pada 8 Januari oleh Iran di pangkalan militer AS di Irak, demikian menurut dua pejabat AS.
Jumlah itu telah meningkat sejak awal pekan ketika Pentagon juga sempat melaporkan 50 kasus yang didiagnosis.
Advertisement
Dilansir CNN, Jumat (31/1/2020), tambahan kasus yang dilaporkan ini telah muncul dalam 22 hari sejak serangan itu. Dari 64 kasus yang didiagnosis sejauh ini, 39 tentara AS telah kembali bertugas.
Beberapa pejabat Pentagon sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa jumlah kasus yang didiagnosis kemungkinan akan terus berubah. Sekitar 200 orang yang berada di zona ledakan pada saat serangan.
Selama konferensi pers di Pentagon, Kamis 30 Januari, Ketua Gabungan Jenderal Mark Milley mengatakan peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan, sebagian besar jatuh ke dalam kategori “TBI ringan.”
“Semua orang itu diskrining dan kami telah mendapatkan jumlah tertentu dan jumlahnya terus bertambah, dalam kasus khusus ini, TBI – perlu waktu untuk memanifestasikan dirinya, dan itu bukan hal yang cepat. Jadi kami terus menyaring,” kata Milley.
“Beberapa dari mereka telah dievakuasi ke Eropa, beberapa telah dievakuasi kembali ke Amerika Serikat, kami akan terus melakukan itu dengan tim profesional medis kami.”
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Trump: “Itu tidak terlalu serius”
Pentagon dan Presiden Donald Trump pada awalnya mengatakan tidak ada anggota layanan yang terluka atau terbunuh dalam serangan rudal Iran, yang merupakan pembalasan atas serangan drone AS 2 Januari yang menewaskan seorang jenderal top Iran.
Pekan lalu, Trump juga mengatakan ia tidak menganggap potensi cedera otak sama seriusnya dengan luka pertempuran fisik, serta mengecilkan tingkat keparahan cedera yang diderita di Irak.
Selama Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Trump diminta untuk menjelaskan perbedaan antara komentar sebelumnya bahwa tidak ada anggota layanan AS yang terluka dalam serangan rudal Iran 8 Januari terhadap pangkalan udara Al-Asad di Irak, dan laporan terbaru pasukan AS yang dirawat karena cedera yang diderita dalam serangan itu.
“Tidak, saya mendengar bahwa mereka sakit kepala, dan beberapa hal lainnya, tetapi saya akan mengatakan, dan saya dapat melaporkan, itu tidak terlalu serius,” jawab Trump dalam konferensi pers.
Ditanya tentang komentar Presiden, Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan Trump “memahami sifat dari cedera ini.”
“Saya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Presiden. Dia sangat peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan semua anggota layanan kami, terutama mereka yang terlibat dalam operasi di Irak, dan dia memahami sifat dari cedera ini,” katanya.
Advertisement
Kelompok Veteran Mengharapkan Permintaan Maaf dari Trump
Kelompok veteran terbesar di AS meminta Trump meminta maaf atas komentarnya itu. “VFW mengharapkan permintaan maaf dari Presiden kepada pria dan wanita kami atas ucapannya yang salah arah,” William Schmitz, komandan VFW, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Dan kami meminta agar ia dan White House bergabung dengan kami dalam upaya kami untuk mendidik orang Amerika tentang bahaya TBI pada para pahlawan ini karena mereka melindungi negara besar kami di masa-masa sulit ini. Para pejuang kami membutuhkan dukungan penuh kami lebih dari sebelumnya dalam hal ini.” tambah Schmitz.
Sejauh ini, bentuk TBI yang paling umum di militer adalah TBI ringan, menurut Pusat Cidera Otak Pertahanan dan Veteran.
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea