Sukses

70 Tahun Indonesia-Rusia dalam Pameran Lukisan Untaian Katulistiwa

Pameran Lukisan "Untaian Katulistiwa" dan Pameran Arsip Sejarah dalam rangka memperingati hubungan diplomatik Indonesia - Rusia dilaksanakan pada 3 Februari - 17 Februari 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pameran lukisan bertajuk "Untaian Katulistiwa" (Necklace of Equator) digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Gelaran itu dalam rangka menandai peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Rusia.

Pameran lukisan tersebut menampilkan hasil gabungan karya seni dari seniman-seniman terkemuka di Rusia yang tergabung pada Bureau of Creative Expeditions pimpinan Vladimir Nikolaevich Anisimov, foto-foto dan dokumen koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Departemen Sejarah dan Dokumenter Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia.

Seluruh lukisan dan foto yang ditampilkan dapat menunjukkan hubungan Indonesia dengan Rusia mulai dari visi misi pendidikan, bentuk kemanusiaan, kerjasama di bidang industri, hingga pembangunan kompleks olahraga yang dikenal dengan Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang sebagian besar dananya dibantu oleh Pemerintah Uni Soviet kala itu.

Seperti yang disampaikan oleh Anisimov, ia mengatakan bahwa melalui lukisan-lukisan yang ditampilkan, semua orang bisa melihat bagaimana pandangan pelukis Rusia terhadap Indonesia dan para seniman mengenang semua yang dilihat dengan mata sendiri, tidak hanya melalui foto.

Anisimov dengan rekan-rekan pelukis lainnya telah bekerja lebih dari 20 tahun, dan berharap untuk nantinya akan ada pekerjaan lebih lanjut untuk membuat karya-karya terbaru. Baginya, yang terpenting adalah para seniman sangat menyukai dan mencintai Indonesia. 

"Salah satu tempat favorit untuk para pelukis adalah pasar ikan di Aceh. Tempatnya begitu kaya akan keragaman laut Indonesia sehingga kita (para seniman) bisa membuat lukisan tentang itu. Lukisan tersebut dilukis sebelum terjadinya tsunami Aceh pada tahun 2004," jelas Anisimov saat sedang melakukan Press Tour di Galeri Nasional Indonesia, Senin (3/2/2020).

Dalam sambutannya pada malam acara pembukaan Pameran Lukisan "Untaian Katulistiwa" di Galeri Nasional Indonesia, Anisimov menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh orang yang telah membantu rekan-rekan Rusia bekerja di Indonesia. Ia juga berterima kasih kepada penerjemah yang telah membantunya bekerja saat masa pimpinan Soekarno.

"Saya sangat senang bertemu Anda semua di sini, dan (saya) masih ingat bagaimana rasanya bekerja di Indonesia dan Moscow. Dengan mengadakan pameran di tempat yang bagus, mengingatkan saya pada pameran pertama yang dibuka bersama Megawati Soekarnoputri dengan koleksi lukisan hanya sekitar 100 karya."

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harapan untuk Mengenal Seni Rusia Lebih Jauh

Hubungan Indonesia dengan Rusia diketahui sangat baik dan juga sangat dekat, hal itu karena adanya dukungan dari para masyarakat. Seluruh penyelenggara dari pameran lukisan ini berharap bisa menunjukkan hubungan kedekatan Indonesia dengan Rusia melalui karya seni yang ditampilkan.

Salah satu hal yang penting yang dapat diambil adalah untuk mengoptimalkan perkembangan seni di Indonesia, dan bagaimana melalui hubungan diplomatik ini, kedua negara dapat meningkatkan seni budaya dan saling belajar.

"Jika dilihat dari segi kesejarahan, hubungan Indonesia dengan Rusia sangat baik. Dan beberapa perkembangan sejarah maupun seni di Indonesia banyak yang dipengaruhi oleh Rusia, salah satu contoh dari segi arsitektur adalah Stadion Gelora Bung Karno (GBK)," jelas Citra Smara Dewi, Kurator dari Galeri Nasional Indonesia, mengatakan kepada Liputan6.com.

"Untuk ke depannya, diharapkan bisa ada miniatur dari beberapa karya patung rusia seperti Tugu Tani, lalu diharapkan seniman Rusia bisa memberikan workshop di perguruan tinggi. Dengan peningkatan seperti itu, mungkin kita bisa mengenal lebih jauh tentang perkembangan seni rupa Rusia," tambahnya.

Seluruh lukisan yang ditampilkan merupakan kaleidoskop perjalanan seniman Rusia dalam merekam kecantikan alam dan masyarakat pulau Jawa, Sumatra, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.

 

Reporter: Jihan FairuzziaÂ