Liputan6.com, Sharjah - Tak seperti wujud dan penampilan dirigen orkestra pada umumnya, di pertunjukan opera kali ini, sebuah robot memandu para pemain layaknya manusia.
Dirigen di podium ini tidak memiliki tongkat, juga tidak mengenakan jas, tetapi Android Alter 3, sebutan untuk robot yang sedang menjadi banyak perbincangan orang karena kemampuannya dalam memandu pemain orkestra simfoni.
Baca Juga
Mengutip dari New York Post, Minggu (9/2/2020), Alter 3 telah mengambil alih industri musik dengan menjadi dirigen dalam pertunjukan opera terbaru di Sharjah, UEA.
Advertisement
Robot ini memiliki wajah humanoid, tangan dan lengan bawah yang menggerakkan tangan untuk mengayun ke atas dan ke bawah serta berputar selama pertunjukan langsung Opera Keiichiro Shibuya "Scary Beauty" di Emirat Sharjah.
Wajahnya merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki permukaan paling halus, bertumpu pada logam, seperti mesin di mana semua teknologi dapat dilihat bekerja jauh seperti yang dilakukan di podium.
Menurut Shibuya, seorang komposer dari Jepang, peran robot dalam kehidupan sehari-hari manusia mungkin akan mengalami peningkatan, namun semua tergantung kepada bagaimana memutuskan kecerdasan buatan dapat menambah pengalaman manusia, serta manusia dan android untuk membuat karya seni bersama.
"Karya ini adalah metafora hubungan antara manusia dan teknologi. Terkadang android bisa menjadi tak terkendali dan orkestra manusia harus mengikuti. Tetapi terkadang manusia bisa bekerja sama dengan sangat nyaman," jelas Shibuya.
Shibuya menulis musiknya, tetapi android mengontrol tempo dan volume pertunjukan secara live, dan bahkan menyanyikannya beberapa kali. "Premisnya adalah bahwa android itu sendiri bergerak sesuai dengan keinginannya sendiri," kata teknisi Kotobuki Hikaru.
Melalui akun Youtube Opera Scary Beauty, dapat terlihat bagaimana sebuah robot dapat memandu pemain orkestra dengan begitu lancar hingga akhir pertunjukan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagaimana Reaksi Penonton?
Lantas bagaimanakah reaksi penonton terhadap pertunjukan itu? Rupanya setelah penonton diwawancarai pihak orkestra, tanggapan yang didapat mengenai pertunjukan itu beragam.
Salah satunya adalah Anna Kovacevic. Ia mengatakan, "Saya pikir ini adalah ide yang sangat menarik. Kami datang untuk melihat bagaimana kelihatannya dan bagaimana mungkin (sebuah robot menjadi dirigen)."
Seorang penonton kedua, Billum, mengatakan setelah pertunjukan bahwa seorang dirigen manusia jauh lebih baik dibandingkan dirigen robot. Meskipun ia tertarik pada kecerdasan buatan atau Al dan mengantisipasi terobosan besar ini, dia menyimpulkan bahwa "sentuhan manusia hilang" pada pertunjukan ini.
Robot dan Al akan membantu orang melakukan tugasnya dengan lebih baik, mengurangi kemungkinan kesalahan manusia. Hal ini juga dapat berarti menggunakan robot mampu mengurangi pemborosan dalam produksi karena sangat akurat dan tidak rentan terhadap kesalahan.
Sementara beberapa mengatakan robot bisa membahayakan planet karena jumlah energi dan bahan yang mereka butuhkan. Selain itu, kekhawatiran tumbuh lebih karena robot dapat menggusur manusia di bidang pekerjaan.
Shibuya mengatakan, robot dan Al yang ada belum seutuhnya lengkap, fokus dari minatnya adalah apa yang terjadi ketika teknologi yang tidak lengkap ini menyatu dengan seni.
Â
Reporter: Jihan FairuzziaÂ
Advertisement