Sukses

Duka Masyarakat Thailand Usai Penembakan Brutal oleh Tentara

Masyarakat Thailand berkumpul untuk melakukan doa bersama atas kejadian penembakan brutal yang menewaskan 29 orang.

Liputan6.com, Bangkok - Ratusan warga Thailand berkumpul di alun-alun kota Nakhon Ratchasima pada Minggu malam untuk menghormati para korban yang tewas akibat tembakan yang dilayangkan oleh seorang tentara yang keji. 

Di bawah bulan purnama, para pelayat memegang lilin dalam kerumunan dan meletakkan bunga-bunga putih ketika para biksu Budha memimpin doa dan nyanyian, seperti dimuat oleh DW, Senin (10/2/2020). 

"Itu terjadi begitu saja di sini, di kota kami, di belakang kami, seperti tepat di hati kami. Semuanya tragis," kata penduduk lokal Chirathip Kurapakorn ketika menghadiri acara tersebut. 

 

 

2 dari 2 halaman

Belum Pernah Terjadi Sebelumnya di Thailand

Sebagian besar korban tewas dalam kejadian penembakan di pusat perbelanjaan Terminal 21. Lima puluh tujuh orang terluka dan 29 orang tewas dalam pembantaian itu.

Pihak berwenang mengatakan tentara itu, yang diidentifikasi sebagai Sersan berusia 32 tahun. Mayor Jakraphanth Thomma, mencuri senjata dan kendaraan militer dari pangkalan tentaranya sebelum menuju ke pusat perbelanjaan terdekat dan memulai aksi penembakan. 

Pasukan keamanan kemudian berhasil mengevakuasi ratusan pengunjung dari gedung tersebut. Mereka akhirnya menembak mati pria bersenjata itu dalam baku tembak di sana pada Minggu pagi, mengakhiri pengepungan yang berlangsung selama sekitar 12 jam.

"Insiden ini belum pernah terjadi sebelumnya di Thailand," Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan kepada wartawan di luar rumah sakit tempat para korban dirawat. "Aku ingin ini menjadi terakhir kalinya krisis ini terjadi."

Para pejabat mengatakan tentara itu marah atas perselisihan keuangan dengan seorang kerabat komandannya.

Mirisnya adalah penembakan massal terbesar di Thailand ini dilakukan oleh otoritas bersenjata. Meskipun Thailand merupakan salah satu negara dengan tingkat kepemilikan senjata tertinggi di dunia, penembakan massal jarang terjadi.