Sukses

Dubes China di Inggris Sebut Dokter Li Wenliang Sebagai Pahlawan Virus Corona

Li Wenliang telah tutup usia pada 7 Febuari lalu di Kota Wuhan setelah ia tertular Virus Corona.

Liputan6.com, London- Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Duta Besar China untuk Inggris memberikan penghormatan kepada dr Li Wenliang, seorang dokter asal China yang merupakan salah satu dari yang pertama yang mengingatkan munculnya Virus Corona baru, sebelum menjadi epidemi.

Duta Besar China di London, Liu Xiaoming, memuji dan menyampaikan kekagumannya terhadap dr Li Wenliang dengan berkata, "Dia akan dikenang sebagai pahlawan. Dia akan dikenang karena keberanian dan kontribusinya untuk memerangi penyakit ini," kata Dubes Liu Xiaoming.

Li Wenliang telah tutup usia pada 7 Febuari lalu di Kota Wuhan setelah ia tertular Virus Corona, seperti dikutip dari CGTN, Senin, (10/2/2020).

Namanya dikenal karena kisah tentang upayanya memperingatkan rekan-rekan kerjanya mengenai gejala virus yang mirip dengan SARS yang sekarang dikenal sebagai Virus Corona, seperti dikutip dari BBC.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Ucapan Penghormatan

Selain untuk Dr. Li Wenliang, dalam sebuah akun Twitter, Dubes Liu Xiaoming juga menyampaikan kekagumannya kepada jutaan petugas medis di China yang telah memberikan pengorbanan besar untuk melawan Virus Corona, seperti dikutip dari CGTN.

Dalam pesan yang dibagikan di Twitter, ia mengatakan, "Salut kepada Dr. Li Wenliang dan jutaan pekerja medis China yang membuat pengorbanan besar untuk menyelamatkan banyak nyawa di garis depan pertempuran melawan Virus Corona", kata Dubes Liu Xiaoming.

3 dari 3 halaman

Tetap Bekerja Keras dan Optimistis

Ditugaskan untuk menyelidiki urutan sebab dari wabah, Dubes Liu Xiaoming mengatakan bahwa tim khusus telah dikirim ke Wuhan oleh National Supervisory Commission.

Dengan warga China yang bekerja sama dengan pemerintah dan dukungan luas dari komunitas internasional, Dubes Liu Xiaoming percaya bahwa "tidak ada alasan untuk panik," dengan tingkat kematian dari virus yang berjumlah 2 persen.

Tingkat kematian itu juga dikatakan jauh lebih rendah daripada Ebola yang pernah mencapai 40 persen, dan lebih rendah dari angka SARS yang mencapai 10 persen yang juga lebih rendah dari H1N1 (2009) yang pernah mencapai 17 persen.