Liputan6.com, Turki - Pasukan Turki telah mengerahkan 2.000 kendaraan militer ke Suriah utara dalam 12 hari terakhir. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, langkah itu bukan berarti Turki berniat untuk menyerang atau mencaplok wilayah Suriah.
Berbicara di acara partai pimpinannya di Istanbul, Erdogan mencatat bahwa masalah di Idlib, benteng terakhir yang dikuasai pemberontak di Suriah, tidak akan selesai hingga pasukan pemerintah Suriah ditarik mundur ke perbatasan yang telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan Sochi.
Baca Juga
"Jika tidak, kami akan menanganinya sebelum akhir Februari," ujar Erdogan, seperti dikutip dari Antara, Senin (17/2/2020).
Advertisement
Sebelumnya, Erdogan dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertukar pandangan melalui sambungan telepon tentang bagaimana mengakhiri krisis di Idlib sesegera mungkin, seperti disampaikan Direktorat Komunikasi Turki melalui akun Twitter-nya.
Kedua pemimpin itu sepakat bahwa serangan pasukan pemerintah Suriah terhadap tentara Turki di Idlib tidak dapat diterima.
Pada Senin 10Â Februari, lima tentara Turki tewas dan lima lainnya mengalami luka-luka dalam serangan artileri yang diluncurkan oleh pasukan pemerintah Suriah di Idlib.
Sebelumnya pada Februari, pasukan Suriah membunuh delapan warga Turki, termasuk lima tentara dalam serangan artileri lainnya di wilayah tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
2.000 Kendaraan Militer
Dalam 12 hari terakhir, pasukan Turki telah mengerahkan 2.000 kendaraan militer ke Suriah utara. Konvoi militer terbaru yang melibatkan 50 kendaraan memasuki Suriah pada Minggu (16/2/2020) dini hari.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, tentara Turki mengerahkan bantuan militer ke sejumlah area yang dikuasai para pemberontak dukungan Turki di wilayah pedesaan di provinsi Idlib dan Aleppo, Suriah utara.
Kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris itu mengatakan, sekitar 6.500 tentara Turki dikerahkan ke sejumlah wilayah di Idlib dan Aleppo secara bersamaan.
Pengiriman bantuan militer Turki itu dilakukan ketika pasukan Suriah berhasil merebut area-area penting di kedua provinsi dalam dua bulan terakhir.
Suriah semakin gencar memprotes Turki yang mendukung kelompok-kelompok pemberontak tersebut, seperti dilansir Xinhua.
Pada Jumat 14Â Februari, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun televisi Lebanon al-Mayadeen bahwa Turki telah menjadi "negara musuh" bagi Suriah. Karena "negara itu menduduki wilayah Suriah dan membawa masuk para teroris."
Dia menambahkan, Suriah memiliki "hak kedaulatan" untuk menentang "pendudukan" Turki dan Amerika Serikat di wilayahnya.
Advertisement