Sukses

Pengakuan Professor Jepang Soal Kapal Diamond Princess: Di Sana Mengerikan

Profesor Iwata Kentaro mengaku ngeri melihat situasi di kapal Diamond Princess. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Tokyo - Keputusan untuk melakukan karantina di atas kapal pesiar Diamond Princess mendapat kritikan dari profesor di Jepang. Profesor Iwata Kentaro dari Universitas Kobe. Ia mengaku ngeri melihat kondisi di atas kapal.

Profesor Iwata Kentaro adalah ahli penyakit menular dari Universitas Kobe. Ia punya pengalaman menghadapi penyakit Ebola, Kolera hingga SARS.

Kondisi di Diamond Princess disebut menakutkan sebab pihak kapal tidak memiliki tenaga profesional untuk menahan lajunya persebaran Virus Corona (COVID-19). Hal itu Iwata lihat sendiri ketika berada di dalam Diamond Princess.

"Di dalam Diamond Princess saya begitu takut terkena COVID-19," ujar Iwata seperti dikutip Rabu (19/2/2020).

"Tidak ada zona hijau, tidak ada zona merah, di mana-mana bisa terkena virus dan semua orang tak berhati hati. Tidak ada satu pun personel profesional pengendalian infeksi di dalam kapal itu," lanjutnya.

Iwata mengungkap itu di sebuah video yang beredar di YouTube. Pernyatan itu dikutip berbagai media, termasuk CNN.

Ia masuk ke kapal Diamond Princess bersama Disaster Management Medical Team melalui dukungan Kementerian Ketenagakerjaan di Jepang.

Saat melihat fasilitas kesehatan di Diamond Princess, ia pun kaget saat melihat ada petugas medis yang justru tidak memakai peralatan lengkap saat mengurus pasien karena ia sendiri sudah tertular.

"Petugas medis tidak melindungi dirinya sendiri," kata Iwata yang menyebut petugas itu juga sudah tertular. "Ia sudah benar-benar menyerah untuk melindungi dirinya sendiri," lanjut Iwata yang mengaku masukannya tak didengar birokrat.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kegagalan Besar

Ketika diwawancara media, Iwata berkata karantina di dalam Diamond Princess adalah sebuah kegagalan. Keadaan pasien pun bisa terdampak infeksi sekunder.

"(Hal itu) kegagalan besar, sebuah kesalahan," ujarnya seperti dikutip The Straits Times. "Itu sangatlah mungkin terjadi infeksi sekunder," ia menjelaskan.

Sementara, pemerintah Jepang menyebut langkah yang diambil punya efek positif.

"Mayoritas infeksi, kami percaya, terjadi sebelum tanggal ketika karantina dimulai," ujar Dr Shigeru Omi, mantan pejabat WHO yang kini menjadi penasihat pemerintah.

Masa karantina penumpang Diamond Princess berakhir hari Rabu, 19 Februari 2020. Mereka turun secara bertahap dan diantar ke stasiun-stasiun di Yokohama.