Sukses

Menlu AS Saksikan Perjanjian Damai dengan Taliban

Menlu AS Mike Pompeo saksikan perjanjian damai dengan Taliban.

Liputan6.com, Doha - Setelah melalui proses panjang, Amerika Serikat (AS) siap menandatangani perjanjian damai dengan Taliban. Momen bersejarah ini dapat menjadi sinyal berakhirnya konflik antara kedua pihak. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Sabtu (29/2/2020), Presiden Donald Trump dalam pernyataan resmi mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk menyaksikan penandatangan perjanjian itu. Trump berambisi mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak era Presiden George W. Bush ini.

"Dengan perintah saya, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo segera akan menyaksikan penandatanganan sebuah perjanjian dengan wakil-wakil Taliban,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan.

Perjanjian Amerika-Taliban itu ditujukan untuk mengurangi jumlah pasukan Amerika di Afghanistan dari 13.000 personel menjadi 8.600 personel.

Trump tidak mengatakan di mana perjanjian itu akan ditandatangani, tetapi sebelumnya dilaporkan bahwa penandatanganan itu akan dilakukan di Doha, Qatar, Sabtu ini. 

Menurut pernyataan Trump itu, Menteri Pertahanan Mark Esper juga mengeluarkan pernyataan bersama dengan pemerintah Afghanistan.

Trump menyerukan kepada Taliban dan pemerintah Afghanistan untuk “mengambil kesempatan untuk mencapai perdamaian ini” dan jika mereka memenuhi komitmen itu maka “kita akan memiliki jalur yang kuat untuk menyudahi perang di Afghanistan dan memulangkan pasukan kita.”

Perang di Afghanistan, yang dimulai hampir 19 tahun lalu, telah menelan biaya hampir satu triliun dolar dan menewaskan sekitar 2.400 personil militer.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Sempat Gencatan Senjata 14 Hari

Sebelumnya ada gencatan senjata sementara yang  dicapai Amerika dan Taliban Afghanistan akan segera berlaku. Dalam prosesnya, akan mengharuskan kelompok pemberontak itu berhenti melancarkan serangan-serangan besar di Afghanistan selama tujuh hari, kata seorang pejabat senior Amerika pada Jumat 14 Februari 2020.

Melansir VOA Indonesia, pejabat pemerintah Trump, yang tidak mau disebut namanya itu, membahas rincian langka tentang apa yang disebut kesepakatan "pengurangan kekerasan".

"Kesepakatan itu akan mengikat Taliban untuk tidak meluncurkan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri serta serangan roket terhadap pasukan Afghanistan maupun pasukan asing pimpinan Amerika di mana saja di negara itu," ujar pejabat itu kepada wartawan yang ikut hadir bersama Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di Munchen.

Jika pemberontak mematuhi komitmen mereka, menurut pejabat itu, kesepakatan itu akan membuka jalan bagi kesepakatan perdamaian yang lebih luas yang telah dirundingkan utusan Amerika dan Taliban selama setahun ini.

Sementara pejabat Amerika menolak mengatakan kapan tepatnya kesepakatan pengurangan kekerasan itu akan berlaku, sumber-sumber Taliban Afghanistan mengklaim periode tujuh hari itu akan dimulai 22 Februari dan perjanjian perdamaian akan ditandatangani pada 29 Februari.