Liputan6.com, Hong Kong - Sejumlah sekolah di Hong Kong sedang menghadapi tekanan untuk mengembalikan uang sekolah kepada orang tua murid karena anak-anak didiknya terpaksa tinggal di rumah akibat virus corona.
Sekolah di sana telah ditutup sejak akhir Januari dan akan tetap ditutup hingga setidaknya 20 April 2020.
Baca Juga
Pada Kamis, 27 Februari 2020, Jepang juga membuat langkah serupa yakni meminta sekolah-sekolah ditutup selama dua pekan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Advertisement
Dilansir BBC, Sabtu (29/2/2020), Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, meminta agar sekolah ditutup meski beberapa sekolah masih dapat memilih untuk tetap terbuka atau menunda penutupan sekolah mereka.
Abe mengatakan dua pekan ke depan sangat penting untuk mengendalikan penyebaran virus dan "membendung risiko banyak anak dan guru terinfeksi melalui pengumpulan selama berjam-jam setiap hari."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sekolah hingga Kantor Tutup
Orang tua di media sosial mengkritik keputusan itu sebagai keputusan yang bisa membuat orang yang berpenghasilan tetap bekerja di rumah. Pemerintah mengatakan akan bekerja dengan perusahaan untuk hal tersebut.
"Kami akan terus mendesak layanan publik dan perusahaan swasta untuk mempermudah orang untuk mengambil cuti," kepala sekretaris kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan di konferensi pers pada Jumat, 28 Februari.
Sejumlah kantor dan bisnis di Hong Kong dan Jepang telah meminta banyak karyawan untuk bekerja dari rumah. Tetapi orang tua merasa sulit bekerja dari rumah dan menyeimbangkan kelas daring untuk anak-anak mereka.
Singapura dan Korea Selatan sejauh ini tetap membuka sekolah namun dengan menerapkan sistem pengawasan yang ketat, yakni memeriksa suhu dan mengharuskan orang tua untuk rutin memeriksa kondisi kesehatan anak-anak di rumah.
Seorang ibu dari dua anak perempuan, berusia tiga dan tujuh tahun di Hong Kong, mengatakan kepada bahwa dia memutuskan untuk memperpanjang liburan di negara asalnya Jepang dan mencoba sekolah di rumah karena penutupan sekolah di Hong Kong. Tetapi permintaan suaminya untuk bekerja dari rumah di Jepang ditolak dan tetap ia harus tetap di Hong Kong.
"Karena itu anak-anak telah terpisah dari ayah mereka selama satu setengah bulan sekarang," katanya.
Tetapi dengan adanya penutupan sekolah-sekolah di Jepang, kemungkinan dia akan kembali ke Hong Kong. “Keputusan yang mengejutkan dari pemerintah Jepang,” katanya. “Kami telah memutuskan untuk kembali ke HK (Hong Kong) minggu depan.”
Namun, kembali ke Hong Kong telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan adanya periode karantina selama 14 hari.
Dampak finansial sangat sulit, karena sekolah internasional tempat anak lelakinya yang berusia tujuh tahun bersekolah di Hong Kong belum mengembalikan uang sekolah, sementara sekolah anak perempuannya yang berusia tiga tahun juga membantah pengembalian uang.
Advertisement
Penolakan Pengembalian Uang Sekolah
Matthew Mohrbach adalah seorang guru di Yew Chung International School di Hong Kong dan membela biaya sekolah yang tidak dapat dikembalikan, karena "proses belajar belum berhenti."
"Kami tidak melewatkan satu pelajaran pun dan para guru mengajarkan jadwal lengkap mereka melalui platform berbagi video dalam kombinasi dengan Google Classroom. Kami masih mengadakan rapat staf, rapat departemen, dan sesi di luar sekolah untuk siswa yang membutuhkan," katanya.
Biaya kuliah dan biaya untuk American School Hong Kong mulai dari HK$ 168.000 untuk kelas 1 hingga 4 dan naik terus melalui nilai-nilai. Sekolah Internasional Hong Kong dimulai pada usia sekolah dasar dengan harga HK$ 220.600 dan naik menjadi HK$ 252.200 untuk kelas 12.
Tak jauh berbeda, Sekolah British Kellett mulai dari HK$ 172.600 di sekolah dasar dan berjalan ke HK$ 220.800 untuk sekolah menengah atas.
Pemerintah Hong Kong mengatakan dalam anggarannya bahwa semua penduduk akan menerima pembayaran HK$ 10.000 satu kali untuk melindungi ekonomi dari langkah-langkah penanggulangan Virus Corona.
Sejumlah sekolah swasta di negara bagian Hong Kong menawarkan pelajaran online atau lembar kerja pelajaran melalui email, demikian menurut Ruth Benny, yang anaknya mengikuti sekolah konsultasi pendidikan di Hong Kong.
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea