Liputan6.com, Kuala Lumpur - Muhyiddin Yassin secara resmi disumpah sebagai perdana menteri Malaysia pada Minggu pagi, 1 Maret 2020 di Istana Negara Malaysia.
Pengambilan sumpah hanya terpaut satu pekan usai pergolakan politik di Negeri Jiran setelah perdana menteri sebelumnya, Mahathir Mohamad, mengumumkan pengunduran diri.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Partai Bersatu itu disumpah oleh Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dalam sebuah upacara singkat, demikian seperti dikutip dari Malaysiakini, Minggu (1/3/2020).
Pengambilan sumpah diikuti oleh pelukan dan ucapan selamat oleh rekan-rekannya, para anggota parlemen Malaysia yang menghadiri upacara di istana.
Seremoni menandai sahnya Muhyiddin Yassin sebagai PM ke-8 Malaysia.
Sehari sebelumnya, pada 29 Februari 2020, Sultan Abdullah menunjuk langsung Muhyiddin sebagai PM Malaysia. Penunjukkan dan pengambilan sumpah yang cepat ini karena Yang di-Pertuan Agong menilai kursi kepemimpinan harus segera terisi.Â
"Sri Paduka Baginda bertitah bahwa proses pelantikan Perdana Menteri tidak boleh ditunda karena negara memerlukan pemerintahan demi kesejahteraan rakyat dan negara yang kita cintai bersama," jelas pihak Istana Negara.Â
Berdasarkan hukum Malaysia, penunjukan perdana menteri Malaysia bisa dilakukan oleh raja. Sebab, Raja Malaysia berada di atas undang-undang.Â
Muhyiddin adalah sosok yang membawa Partai Bersatu hengkang dari koalisi pemerintah Pakatan Harapan. Ia mendapat dukungan dari partai oposisi UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu) dan PAS (Partai Islam se-Malaysia).
Simak video pilihan berikut:
Komentar Tun Mahathir
Pendahulu Muhyiddin, eks-perdana menteri Mahathir Mohamad, menyatakan bahwa presiden Partai Bersatu itu bukan "perdana menteri yang tepat" berdasarkan hukum.
Mahathir menuding bahwa Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas dari anggota parlemen.
Berbicara kepada media, Mahathir menyebut keputusan Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah untuk menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri kedelapan negara itu sebagai "aneh" mengingat aliansi Mahathir bersikeras bahwa ia memiliki jumlah dukungan yang lebih besar di parlemen.
"Raja telah membuat keputusan untuk tidak melihat saya lagi, tetapi untuk menunjuk Muhyiddin sebagai perdana menteri sehingga saya tidak memiliki kesempatan untuk memberi tahu raja bahwa dia (Muhyiddin) tidak memiliki mayoritas. Itu saja ... Saya tidak bisa berkomunikasi dengan istana," kata Mahahthir kemarin, seperti dikutip dari Malaysiakini.
"[...] Ini adalah hal yang sangat aneh karena dari hasil pemilihan umum (ke-14) haruslah pemenang yang membentuk pemerintah. Di sini, kita akan melihat bahwa dari pemilihan yang sama, yang kalah akan membentuk pemerintah dan pemenang akan menjadi oposisi," katanya.
Advertisement