Liputan6.com, Ankara - Seorang reporter dari Bild, salah satu surat kabar terbesar Jerman, menulis sebuah artikel tentang kemampuan drone Turki. Artikel dari jurnalis Julian Ropcke yang berjudul "Pasukan Erdogan menghancurkan senjata berteknologi tinggi Putin," menunjuk pada keberhasilan pesawat tak berawak Bayraktar di medan perang.
Röpcke kemudian menyematkan sebuah video dalam karya tersebut, yang menunjukkan UAV Turki menembak jatuh sistem pertahanan udara Pantsir S1 (SA-22) buatan Rusia seharga US$ 14 juta di Saraqib, Suriah.
Advertisement
Baca Juga
Klip video tersebut menunjukkan Pantsir S-1, sebuah kendaraan militer peluncur proyektil amunisi pintar MAM-L (yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan terkemuka ROKETSAN) hancur oleh serangan drone Turki Bayraktar TB2. Sistem radar Pantsir --yang tampaknya aktif-- gagal mendeteksi rudal yang datang atau mungkin, drone Turki tersebut terbang di atas jangkauan radar.
"Pada 2007, (Presiden Suriah, Bashar al) Assad memesan 50 sistem senjata ini (nama kode NATO: SA-22) dari Rusia. Berapa banyak yang telah dia terima sampai saat ini - tidak jelas," tulis Ropcke dalam artikelnya untuk Bild, seperti dikutip dari the Daily Sabah, Sabtu (7/3/2020).
"Itu adalah serangan Turki kedua yang berhasil pada sistem semacam ini. Tentara Turki menerbitkan video pada akhir Februari yang menunjukkan penghancuran sistem lain," katanya, menunjuk operasi sebelumnya pada awal Operasi Spring Shield.
"Akibatnya, operasi militer Turki, yang juga menghancurkan ratusan kendaraan lapis baja yang dibeli Assad dari Rusia dan sebelumnya Uni Soviet, semakin menjadi masalah bagi Kremlin," kata Röpcke.
"Kekuatan Assad sebagian besar didasarkan pada peralatan militer dan amunisi dari Rusia --di samping penyebaran Angkatan Udara Rusia dan tentara bayaran asing yang dikendalikan oleh Iran. Tanpa ini, pasukannya akan kehilangan keunggulannya atas pemberontak bersenjata yang jauh lebih buruk,” tambahnya.
Simak video pilihan berikut:
F-16 Turki Menjatuhkan Pesawat Tempur Presiden Suriah
Julian Ropcke juga melaporkan entang pesawat tempur F-16 Turki yang menjatuhkan Albatros Aero L-39 buatan Cekoslovakia milik rezim Assad. "Insinyur Assad mengubah pesawat pelatihan Cekoslowakia ini menjadi pesawat tempur pada 2012, setelah membunuh ribuan warga sipil sejak itu," pungkasnya.
Kampanye udara yang diperluas melawan rezim Bashar Assad di barat laut Suriah, Idlib sepenuhnya tergantung pada pesawat tanpa awak yang dikembangkan Turki dan dikatakan telah memamerkan kecakapan teknologi Ankara dan daya tembak udara di medan perang. Keberhasilan senjata ini dipandang oleh banyak orang sebagai faktor yang telah membentuk kondisi di daerah tersebut.
Didorong oleh serangan rezim Assad pekan lalu yang menewaskan 34 tentara Turki dan melukai puluhan lainnya di zona de-eskalasi yang didirikan di barat laut Suriah, sejumlah serangan balasan terkoordinasi oleh drone-drone buatan Turki akhirnya menyebabkan kerusakan signifikan pada rezim Assad, mulai dari tank, sistem pertahanan rudal udara howitzer, serta pangkalan militer dan depot senjata kimia.
Serangkaian serangan sejak Kamis lalu telah melibatkan sejumlah drone yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam aksi terkoordinasi, seorang pejabat senior di Turki dengan pengetahuan langsung tentang kebijakan Suriah di bawah administrasi Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan kepada Bloomberg.
Ini adalah pertama kalinya sebuah negara memerintahkan wilayah udara sedemikian luas menggunakan armada drone, pejabat itu dikutip mengatakan.
Pejabat itu mengatakan penyebaran sejumlah besar drone bersenjata tersebut menunjukkan kecakapan teknologi Ankara di medan perang.
Di antara sejumlah besar rekaman video, termasuk serangkaian yang diposting di Twitter oleh Kementerian Pertahanan, menunjukkan serangan drone Turki yang menargetkan berbagai aset rezim, yang menunjukkan drone Bayraktar TB2 yang dikembangkan di dalam negeri menyerang Panstir buatan Rusia yang tampaknya aktif. Sistem pertahanan udara S-1 yang digunakan di dalam ruang ydara Idlib menjadi viral di media sosial.
Advertisement