Sukses

Diduga Kena Virus Corona, Menteri Kanada Kerja di Rumah

Menter Sumber Daya Alam di Kanada kerja dari rumah karena diduga kena Virus Corona.

Liputan6.com, Toronto - Menteri Sumber Daya Alam Kanada Seamus O'Regan diduga terkena Virus Corona COVID-19. Ia memutuskan untuk menjalani karantina diri di rumah.

Dilaporkan Global News, Rabu (11/3/2020), Menteri O'Regan berkata mengalami demam selama beberapa hari. Untuk berjaga-jaga, dokter meminta O'Regan untuk tes Virus Corona.

"Saya terus-terusan mengalami flu selama beberapa hari, sebagai kewaspadaan, saya mengunjungi dokter. Mereka merekomendasikan saya untuk tes COVID-19," ujar O'Regan.

Ia memberi pengumuman ini di Twitter dalam bahasa Inggris dan Prancis. O'Regan mengaku tidak merasa pernah bertemu dengan orang yang terinfeksi Virus Corona.

Meski demikian, ia memutuskan untuk mengisolasi diri sembari menunggu hasil tes Virus Corona. Ia berkata keadaannya masih sehat.

"Saya diberitahu untuk tetap berada dalam isolasi diri hingga mendapatkan hasilnya," jelas Seamus O'Reagan. "Saya akan bekerja dari rumah," ucap dia.

Berdasarkan peta Gis And Data, ada 93 pasien Virus Corona di Kanada. Kasus di Kanada ada yang impor dari Italia, Iran, dan Wuhan. Satu orang dinyatakan meninggal dunia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

1 Pasien COVID-19 di Indonesia Meninggal

Sementara itu di Indonesia, Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona dr. Achmad Yurianto mengkonfirmasi adanya pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia. Yuri mengatakan, Virus Corona bukan penyebab utama meninggalnya pasien tersebut.

"Bukan Corona Virus penyebab utamanya tapi itu yang memperburuknya," kata Yuri di Jakarta, Rabu (11/03/2019).

Pasien Covid -19 yang meninggal tersebut adalah pasien dengan nomor kasus 25. Dia merupakan warga negara asing yang berusia 53 tahun.

Pasien tersebut diobservasi rumah sakit dengan diagnosa beberapa penyakit yang dialami pasien.

"Corona virus akan memperburuk daya tahan tubuh," beber Yuri.

Dia mempertegas pernyataannya itu berdasarkan temuan pasien Covid-19 yang meninggal dunia di beberapa negara, karena infeksi keseluruhan pembuluh darah.

"Karena bakterinya, bukan virusnya," kata Yuri.