Sukses

Ragam Strategi Dunia Tangani Pandemi Virus Corona COVID-19

Setiap negara memiliki strategi berbeda untuk menangani pandemi global Virus Corona COVID-19. Ini sejumlah di antaranya.

Melbourne - Pandemi Virus Corona COVID-19 sudah menyebar di sekitar 173 negara. Pakar kesehatan internasional pun mengimbau dua pendekatan utama yang bisa dilakukan, untuk menghentikan laju penyebaran Virus Corona jenis baru itu.

Dalam beberapa hari terakhir, warga sudah mendengar istilah social distancing dan lockdown, sebagai upaya pencegahan penyebaran.

Keduanya memiliki perbedaan arti yang harus dipahami, selain juga memiliki kelebihan dan kelemahaannya dalam keberhasilan mengatasi Virus Corona COVID-19.

Social distancing adalah usaha untuk meminta warga tidak melakukan kontak fisik yang terlalu dekat antara satu sama lain, karena kedekatan jarak berpotensi menyebarkan virus lewat tetesan air liur.

Pergeseran dari pendekatan social distancing ke lockdown terjadi di beberapa negara, di mana menurut pakar hal ini dilakukan ketika kasus sudah mencapai 1.000, maka negara sudah harus mempertimbangan dengan serius untuk kemungkinan lockdown.

Berikut ini adalah bagaimana langkah yang dilakukan sejumlah negara untuk mengatasi peredaran Virus Corona COVID-19, dikutip dari ABC Indonesia, Senin (23/3/2020):

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Jepang

Di Jepang sejauh ini sudah terjadi 1.523 kasus corona termasuk, 696 kasus diantaranya tertular saat berada di kapal pesiar Diamond Princess. 34 warga di Jepang meninggal karena terjangkit COVID-19.

Sempat ada kekhawatiran setelah penyebaran di kapal pesiar tersebut, virus akan dengan cepat merebak di kalangan warga lainnya, apalagi 25 persen penduduknya berusia 65 tahun ke atas, yang masuk kelompok paling rentan meninggal terkena virus.

Jepang sejauh ini berhasil mencegah penyebaran, salah satunya setelah menutup sekolah sejak bulan Februari

Mereka tidak menerapkan 'lockdown', tapi membatasi pergerakan warga, termasuk menghentikan beberapa kegiatan.

3 dari 8 halaman

2. Singapura dan Hong Kong

Sama seperti Jepang, Singapura dan Hong Kong juga hanya membatasi pergerakan warga.

Di Singapura per 17 Maret ada 243 kasus, belum ada lapioran yang meninggal dan lebih dari 100 orang dinyatakan sembuh.

Singapura mendapat pujian dari organisasi kesehatan dunia (WHO), karena dianggap telah berhasil mengurangi penyebaran.

"Singapura berhasil mencegah penularan karena pendekatan yang dilakukan semua aspek pemerintahan," kata Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.Di Hong Kong hingga kini tercatat 157 kasus, enam di antaranya meninggal dan sekitar 88 dinyatakan sembuh.

Seperti halnya di Singapura, pemerintah Hong Kong dengan cepat berusaha menemukan kasus Virus Corona COVID-19 yang ada di wilayah mereka.

Salah satunya adalah melakukan pelakacan terhadap siapa saja yang sudah melakukan dengan mereka yang dinyatakan positif tertular COVID-19.

Isolasi dan karantina juga diberlakukan bagi mereka yang tertular.

4 dari 8 halaman

3. Korea Selatan

Negara ini memiliki pendekatan yang berbeda, yakni dengan melakukan tes COVID-19 dengan cepat dan dalam jumlah besar.

Mereka juga menggunakan teknik baru, seperti menyediakan klinik bergerak, dimana warga bisa datang tanpa harus datang ke rumah sakit atau klink yang berisi pasien lain.

Sempat menjadi negara dengan kasus terbanyak di luar China, Korea Selatan mencatat lebih dari 8.300 kasus positif dengan 75 kematian per 17 Maret.

Tapi tak seperti di China, mereka tidak menerapkan 'lockdown' sepenuhnya, karena menganggap metode ini tak bisa dilakukan di sebuah negara yang demokrasi.

5 dari 8 halaman

4. China

China sejauh ini sudah menunjukkan keberhasilan mengatasi Virus Corona COVID-19 dengan melakukan 'lockdown' sepenuhnya, meski tidak secara nasional.

China menjadi negara yang melakukan karantina terbesar dalam sejarah dalam menangkal Virus Corona COVID-19, dengan menutup 16 kota sejak akhir Januari.

'Lockdown' di Provinsi Hubei, dimana kota Wuhan berada dilakukan secara bertahap.

Sebelumnya warga masih diperbolehkan keluar, namun kemudian dibuat semakin ketat dengan hanya beberapa perwakilan orang yang bisa membeli makanan atau ke apotik.

Saat mengantri pun dibuat jarak yang cukup jauh antar warga.

Jumlah kematian di China melebihi 3.200 orang, paling tinggi di dunia dengan total yang sembuh 68.777 orang.

Sampai Selasa siang 17 Maret, sudah ada lebih dari 81.000 kasus COVID-19 di China, dengan kebanyakan terjadi di provinsi Hubei.

Dalam 24 jam terakhir, hanya ada 21 kasus baru di China dengan 13 kematian.

6 dari 8 halaman

5. Eropa

Italia kini menjadi negara kedua terburuk kasus Virus Corona COVID-19, setelah China, dengan 27.980 kasus, 2.158 kematian, di mana dalam 24 jam terakhir ada 349 orang yang meninggal per Selasa 17 Maret.

Di Italia, 'lockdown' diberlakukan secara nasional mulai 10 Maret lalu, yang melarang hampir seluruh kegiatan 60 juta warga.

Pelarangan termasuk membuka toko, restoran, mendatangi tempat ibadah, dan ke sejumlah tempat lainnya.

Mengikuti Italia, Spanyol menjadi negara Eropa kedua yang menetapkan 'lockdown', sejak Sabtu 14 Maret.

Kemudian disusul dengan negara Prancis yang menutup seluruh bisnis yang dianggap tidak penting bagi warga.

Mulai Senin 23 Maret, pemerintah mereka menerapkan 'lockdown' sepenuhnya, dengan melarang pertemuan warga dan juga kegiatan di luar rumah.

Sementara Denmark menjadi negara Eropa pertama yang menutup perbatasan negaranya untuk mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19, yang akan berlaku hingga 13 April mendatang.

"Kami sadar sepenuhnya bahwa penutupan akan membawa dampak serius." kata PM Denmark Mette Frederiksen dalam jumpa pers."Kita melihat situasi di Italia yang berkembang ke arah yang mengerikan," katanya.

"Segala yang kami lakukan adalah guna memastikan kita mengatasi situasi ini dengan cara yang lain."

Rusia sudah menutup perbatasan dengan Polandia dan Norwegia, setelah sebelumnya sudah menutup perbatasan dengan China.

Dan mulai tanggal 18 Maret sampai 1 Mei, Rusia juga akan melarang semua warga asing untuk masuk ke negara tersebut, kecuali diplomat dan awak pesawat dan sejumlah orang lainnya.

Hari Senin, Uni Eropa melarang perjalanan yang tidak penting dilakukan di wilayah tersebut selama paling kurang 30 hari.Jerman juga menutup perbatasannya dengan Prancis, Swiss, Austria, Denmark dan Luxembourg.

 

7 dari 8 halaman

6. El Savador

Salah satu negara di Amerika Latin, El Salvador, belum menemukan status Virus Corona COVID-19, namun sudah mengaktifkan sejumlah darurat sudah menerapkan pengukuran darurat.

El Savador kini sudah menutup perbatasannya, melarang warganya berkumpul.

Sekolah ditutup selama tiga minggu dan warga yang baru datang dari luar negeri harus menjalani karantina selama 30 hari.

"Saya tahu ini akan dikritik namun mari kita tempatkan diri seperti di Italia. Italia pasti berharap mereka sudah melakukan ini sebelumnya," kata Presiden El Salvador Nayib Bukele pekan lalu.

"Sistem layanan kesehatan kita tidak setingkat dengan Italia. Juga tidak setingkat dengan Korea Selatan."

Sementara itu negara lainnya, seperti Kanada, telah menutup perbatasannya bagi mereka yang bukan warga negara tersebut, warga tetap atau warga negara Amerika Serikat.

8 dari 8 halaman

7. Kenya

Kenya menjadi negara Afrika pertama yang menutup sekolah dan melarang masuk mereka yang bukan warga negaranya.

Pada Rabu 18 Maret, Malaysia mulai melarang semua perjalanan dari dan ke negara tersebut dan menutup semua bisnis yang dianggap tidak penting, kecuali pasar, industri media, bank, dan layanan kesehatan.

Selama bulan April, Malaysia juga melarang pertemuan dalam jumlah besar.

"Kita tidak bisa menunggu lagi sampai situasi menjadi lebih buruk." kata Perdana Menteri Malaysia yang baru Muhyiddin Yassin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.