Liputan6.com, Kabul - Sejumlah pria bersenjata dan pelaku bom bunuh diri menyerbu sebuah kompleks keagamaan Sikh di ibu kota Afghanistan, Kabul. Mereka terlibat pertempuran berkelanjutan dengan pasukan keamanan. Demikian seperti dilaporkan oleh Kementerian Dalam Negeri setempat.Â
Pasukan keamanan menutup daerah itu, yang terletak di kota tua Kabul, dan berusaha membalas serangan itu, yang dimulai pukul 07.45 waktu setempat, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tariq Arian dalam sebuah pesan kepada para wartawan.
Advertisement
"Orang-orang terjebak di dalam gedung dan (pasukan keamanan) berusaha menyelamatkan mereka," kata Arian kepada kantor berita AFP.
Melansir Al Jazeera, Rabu (25/3/2020), Narindra Singh Khalsa, seorang anggota parlemen dari komunitas minoritas Sikh, mengatakan kepada kantor berita AP bahwa dia berada di dekat Gurdwara, tempat ibadah Sikh, ketika serangan itu terjadi dan berlari ke lokasi. Dia mengatakan setidaknya empat orang telah tewas.
Mereka yang tewas termasuk seorang anak yang jasadnya dibawa ke rumah sakit Kabul. Dari kejadian tersebut, paling tidak tujuh orang terluka.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan lantai pertama Gurdwara telah disisir dan pasukan khusus Afghanistan, dibantu oleh pasukan internasional, bergerak perlahan di seluruh sisa bangunan.
ISIS Akui Bertanggung Jawab
Di sebuah rumah sakit Kabul, Mohan Singh, yang berada di Gurdwara, ketika serangan itu dimulai, mengatakan kepada AP bahwa dia pertama kali mendengar suara tembakan dan menyelam untuk berlindung di bawah meja. Kemudian, dia mendengar suara ledakan, menambahkan bahwa dia yakin itu adalah granat tangan. Dia terluka ketika reruntuhan bangunan menimpa dirinya.Â
Dalam foto-foto yang dibagikan oleh kementerian dalam negeri setempat, terlihat banyak anak terlihat diungsikan dari Gurdwara oleh pasukan khusus Afghanistan. Dari foto tersebut, banyak dari mereka terlihat bertelanjang kaki dan menangis.
Khalsa kemudian mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa banyak orang masih berada di dalam gedung. "Orang-orang bersenjata itu memulai serangan mereka pada saat Dharamsala penuh dengan orang-orang yang beribadah," katanya, merujuk pada sebuah tempat perlindungan di halaman kuil.
Anggota parlemen Sikh lainnya mengatakan ada "sekitar 150 orang di dalam kuil".
"Beberapa orang di dalam kuil bersembunyi, dan telepon mereka mati. Saya sangat prihatin," kata Anarkali Kaur Honaryar kepada kantor berita AFP.Â
Taliban membantah terlibat dalam serangan itu. Tetapi Kelompok Intelijen SITE, yang melacak kegiatan kelompok bersenjata, mengatakan kelompok bersenjata ISIL (ISIS) telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap lengan media Aamaq-nya.
Awal bulan ini, seorang afiliasi ISIL menyerang sebuah pertemuan minoritas Muslim Syiah di Kabul, menewaskan 32 orang.
Advertisement
Sikh di Afghanistan
Serangan itu terjadi sehari setelah AS mengatakan akan memotong bantuannya kepada pemerintah Afghanistan sebesar $ 1 miliar atas frustrasi bahwa para pemimpin politik yang berselisih tidak dapat mencapai kesepakatan dan membentuk tim untuk bernegosiasi dengan Taliban.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Kabul pada hari Selasa dalam upaya untuk menyelesaikan perselisihan antara Presiden Ashraf Ghani dan saingannya Abdullah Abdullah, yang juga menyatakan dirinya sebagai presiden setelah pemilihan yang diperebutkan.
AS dan Taliban menandatangani kesepakatan bulan lalu yang seharusnya membuka jalan bagi pembicaraan antara para pemimpin Afghanistan dan para pemberontak, tetapi dengan Kabul yang tidak dapat menyetujui siapa yang ada dalam pemerintahan, pembicaraan itu terhenti.
Sikh, yang jumlahnya kurang dari 300 keluarga, telah menderita diskriminasi yang meluas di negara itu dan juga menjadi sasaran kelompok-kelompok bersenjata.
Pada tahun 2018, sebuah bom bunuh diri yang menargetkan komunitas Sikh dan diklaim oleh ISIL menewaskan lebih dari selusin orang di kota Jalalabad di timur.
Di bawah pemerintahan Taliban pada akhir 1990-an, Sikh diminta untuk mengidentifikasi diri mereka dengan mengenakan ban lengan kuning, tetapi aturan itu tidak ditegakkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar Sikh dan Hindu mencari suaka di India, yang memiliki mayoritas Hindu dan populasi Sikh yang besar.