Liputan6.com, New York - Hotel Four Seasons di New York menggratiskan kamarnya untuk membantu para dokter dan tim medis yang menangangi Virus Corona COVID-19. Pengumuman itu digaungkan Gubernur New York Andrew Cuomo yang daerahnya terdampak paling parah akibat virus itu dengan lebih dari 30 ribu pasien.
"Hotel Four Seaons di 57th Street akan menyediakan tempat tinggal gratis untuk para dokter, perawat, dan personel medis yang saat ini sedang bekerja untuk merespons pandemi COVID-19. Terima kasih Four Seasons," ujar Gubernur Cuomo via Twitter, Kamis (26/3/2020).
Advertisement
Baca Juga
Cuomo berharap Four Seasons menjadi contoh agar hotel-hotel lain di New York mau buka pintu. Beberapa hotel terkemuka lain di New York yang selevel dengan Four Seasons adalah Ritz-Carlton, Waldorf Astoria, hingga Hotel Internasional Trump.
Harga menginap semalam di hotel Four Seasons New York bisa mencapai USD 1.295 (Rp 21 juta). Hotel itu kini tutup hingga 18 April demi mengakomodasi para dokter.
Salah satu pertimbangan pihak hotel adalah agar petuga medis yang mengurus pasien Virus Corona tidak perlu pulang-pergi dari kediaman mereka yang jauh. Pemilik Four Seasons mengapresiasi para petugas medis yang bekerja keras.
"Banyak yang bekerja di New York City harus pergi jauh untuk pulang-pergi setelah bekerja 18 jam sehari," ujar miliarder Ty Warner, pemilik Four Seasons.
"Mereka butuh tempat yang dekat dengan lokasi kerja agar mereka bisa beristirahat dan mengumpulkan tenaga," lanjut Warner yang mengaku terinspirasi ajakan Gubernur Cuomo untuk mengambil tindakan.
Gedung Putih menyebut penyebaran di New York sangat berbahaya dan meminta agar orang yang sempat mengunjungi daerah itu untuk karantina selama 14 hari.
Walikota New York City Bill de Blasio masih sempat mengajak warga New York keluar rumah pada 2 Maret lalu. Kini 60 persen kasus Virus Corona di New York berada di New York City.
Â
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kematian Akibat Corona COVID-19 di Dunia Tembus 21.000
Jumlah kasus terbaru terkait Virus Corona COVID-19 secara global per Kamis, 26 Maret 2020 berada di angka 467.594.Â
Ada pun, jumlah kematiannya kini sudah melebihi 21.000, setelah Italia melaporkan lebih dari 7.500 kematian terbaru. Namun penting juga untuk diketahui bahwa hingga kini 113.770 orang juga sudah dinyatakan sembuh dari penyakit COVID-19
Menurut perkembangan data terbaru, beberapa negara yang melaporkan kasus kematian adalah Inggris. Di Inggris, 414 orang telah meninggal, sementara 22 orang meninggal di Skotlandia dan jumlah yang sama di Wales. Sementara tujuh kematian lainnya dilaporkan di Irlandia Utara.Â
Selain itu, hampir 1.500 lebih kasus baru di Inggris teridentifikasi. Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial negara itu mengatakan bahwa pada pukul 09.00 pagi pada hari Rabu (GMT), 9.529 orang telah dinyatakan positif; meningkat 1.452 pada waktu yang sama hari Selasa.
Melansir The Guardian, Kamis (26/3/2020), Prancis mencatat setidaknya 231 kematian lainnya. Direktur jendral pelayanan kesehatan Prancis, Jérôme Salomon, mengatakan sekarang ada 25.233 kasus yang dikonfirmasi, sementara 1.331 orang telah meninggal, yang berarti tingkat kematian yang diketahui naik 231 dalam 24 jam. Tapi itu hanya kematian di rumah sakit dan tidak termasuk mereka yang berada di rumah pensiun atau di luar rumah sakit.
Beralih ke negara lainnya, Yunani telah melaporkan 78 kasus baru. Otoritas kesehatan Yunani melaporkan peningkatan jumlah kematian, dengan mengatakan 22 orang - sebagian besar pria - telah meninggal karena virus itu. Kementerian kesehatan pun mengumumkan bahwa jumlah total kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 821.
Perkembangan terkini lainnya juga datang dari Spanyol, yang kini telah menduduki posisi kedua dengan angka kematian tertinggi setelah Italia, dan sebelum China.Â
Jumlah kematiannya meningkat 738 dalam 24 jam, menjadi 3.434, lebih tinggi dari laporan 683 kasus yang diumumkan di Italia.
Sebagai perbandingan, China secara resmi melaporkan 3.285 kematian, sementara Italia - negara yang paling parah terkena dampak - memiliki 6.820 kematian.
Advertisement