Sukses

Rusia Larang Penerbangan Internasional Akibat Corona COVID-19 Mulai Jumat 27 Maret

Rusia hentikan penerbangan

Liputan6.com, Moskow - Federasi Rusia mulai Jumat 27 Maret resmi menutup seluruh penerbangan internasional. Kebijakan ini muncul di tengah melonjaknya kasus Virus Corona COVID-19 di Rusia dalam beberapa hari terakhir. 

Duta Besar Republik Indonesia di Rusia, Mohamad Wahid Supriyadi, menyebut semua penerbangan internasional tutup mulai Jumat. Pemerintah Rusia juga mengambil sejumlah kebijakan sosial, tetapi Wahid menyebut belum ada lockdown.

"Belum lockdown, tetapi memang penerbangan komersil mulai ditutup tanggal 27 Maret. Tgl 28 Maret-6 April dijadikan hari libur nasional tidak terjadwal. Total yang terkena COVID-19 sampai hari ini sebesar 840 orang dan dua hari ini cukup tajam peningkatannya," ujar Wahid kepada Liputan6.com, Kamis (26/3/2020). 

Angka 840 pasien Virus Corona itu sudah termasuk tambahan 182 kasus pada hari ini. Ada tiga orang di Rusia yang meninggal akibat virus itu, dan 38 pasien sembuh.

Pemerintah Rusia masih menyiapkan pesawat carter bagi warga negaranya di luar negeri. Di luar itu, penerbangan lain tidak boleh masuk.

Akibat hal ini, otomatis WNI juga tidak bisa pulang ke Indonesia. Pemerintah Rusia pun belum memberi kepastian sampai kapan kebijakan berlaku. 

"Belum ada pemberitahuan sampai kapan, tentunya nanti ada assesment lagi," ujar Dubes Wahid.

Sejauh ini tak ada laporan WNI di Rusia terkena Virus Corona. Transportasi di Rusia masih berjalan normal, dan Dubes Wahid hingga hari ini masih berkantor di Moskow. 

Dubes Wahid berkata sekolah-sekolah di Rusia sudah libur dan memberlakukan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Ada imbauan Work From Home di Rusia, namun supermarket dan apotek masih buka.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kasus Italia Terburuk di Eropa

Lebih dari 680 orang telah meninggal karena Virus Corona baru di Italia dalam 24 jam terakhir. Hal ini disampaikan oleh Badan Perlindungan Sipil pada hari Rabu (25 Maret), ketika kekhawatiran berkembang bahwa penyakit ini menyebar lebih ke arah selatan di negara itu. 

Korban tewas meningkat di angka 683 pada hari Rabu. Angka itu lebih rendah dari lonjakan 743 pada hari Selasa. 

Melansir Channel News Asia, Italia telah mengalami lebih banyak kematian daripada negara lain, dengan angka terbaru menunjukkan bahwa 7,503 orang telah meninggal akibat infeksi dalam waktu hampir sebulan.

Wilayah utara Lombardy, yang paling parah terkena dampaknya, menunjukkan penurunan tajam dalam jumlah kematian dan infeksi baru pada hari Rabu, dan meningkatkan harapan bahwa epidemi mungkin melambat di episentrum aslinya.

Namun, optimisme tersebut dilunakkan oleh peringatan dari selatan, di mana penularan dan kematian jauh lebih luas tetapi meningkat dengan signifikan, dan dapat membanjiri layanan kesehatan yang jauh lebih tidak lengkap dibandingkan di wilayah utara. 

"Pada titik ini ada kemungkinan nyata bahwa tragedi Lombardy akan menjadi tragedi selatan," Vincenzo De Luca, presiden wilayah Campania di sekitar Naples, menulis dalam surat terbuka kepada Perdana Menteri Giuseppe Conte.

"Kami berada di tengah-tengah perluasan besar infeksi yang mungkin tidak berkelanjutan," katanya, mengeluh bahwa pemerintah pusat telah gagal untuk memberikan Campania ventilator yang dijanjikan dan peralatan penyelamat lainnya.