Liputan6.com, Jakarta - Utusan utama PBB untuk Suriah, pada Senin 30Â Maret 2020Â memperingatkan Virus Corona baru dapat menjadi bencana baru bagi negara yang dilanda perang itu.
"Corona COVID-19 adalah ancaman besar bagi warga Suriah, dan menuntut perubahan total dalam pola pikir semua pihak mulai sekarang," Utusan Khusus Geir Pedersen menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pertemuan virtual.
Advertisement
Baca Juga
"Karena ancaman bersama ini, sekarang semua harus fokus pada kesadaran dan tekad baru sebagai agenda bersama untuk menyelamatkan warga Suriah dari malapetaka baru," imbuhnya.
Suriah secara resmi mengonfirmasi 10 penderita penyakit pernapasan yang disebabkan Virus Corona dengan satu kematian.
Tidak tersedia data yang menunjukkan berapa luas atau rincian upaya pemerintah untuk melakukan pengetesan Corona COVID-19.
"Virus ini tidak peduli jika Anda tinggal di daerah yang dikuasai pemerintah atau di luar," kata Pedersen.
"Virus Corona tidak membeda-bedakan itu. Virus ini membahayakan semua warga Suriah."
Bulan ini, perang di Suriah memasuki tahun ke-10. Utusan PBB itu menjelaskan pandemi itu tidak dapat diatasi oleh pihak berwenang akibat tingginya tingkat mobilitas dan kepadatan penduduk di kamp-kamp pengungsi dan beberapa fasilitas tahanan.
Kekurangan tenaga kesehatan profesional, peralatan dan persediaan medis yang diperlukan, seperti ventilator dan masker pelindung turut memperparah kondisi di Suriah.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak video pilihan berikut:
ICRC: Perlu Upaya Segera untuk Perangi Covid-19 di Zona Konflik
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) hari Senin (30/3) memperingatkan tindakan mendesak diperlukan untuk melawan virus corona di negara-negara yang dilanda perang dan kelaparan.
"COVID-19 merupakan ancaman besar terhadap kehidupan di negara-negara dengan sistem kesehatan yang kuat. Tetapi ancaman bahkan lebih besar lagi di tempat-tempat di mana sistem kesehatan telah dirusak oleh perang, di mana pengungsi akibat konflik tinggal berdekatan, dan sumber daya untuk menyelamatkan nyawa, seperti air bersih, sabun dan obat-obatan sangat terbatas," demikian pernyataan ICRC.
Palang Merah mengatakan "hampir mustahil" untuk memerangi penyebaran penyakit di negara-negara seperti Suriah, Yaman, Sudan Selatan, Afghanistan, dan Timur Laut Nigeria tanpa "bantuan bersama oleh negara dan organisasi kemanusiaan".
Organisasi Kesehatan Dunia dan banyak lainnya mengatakan mencuci tangan dan menjaga jarak secara sosial adalah langkah penting dalam memperlambat penyebaran virus. Tetapi langkah-langkah ini sulit bahkan mustahil dilakukan di kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak.
Menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, Afghanistan telah melaporkan lebih dari 100 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi sementara Suriah, sembilan kasus.
Advertisement