Liputan6.com, Jia - Otoritas di China melakukan penutupan Kota Jia yang berada di Provinsi Henan guna meminimalisir penyebaran Virus Corona COVID-19.
Hal ini dilakukan oleh otoritas setempat setelah ada laporan seorang pendatang ke kota tersebut yang dinyatakan positif Virus Corona jenis baru.
Dikutip dari laman New York Post, Jumat (3/4/2020), tidak ada akses keluar rumah bagi masyarakat di kota yang memiliki populasi sekitar 600 ribu orang tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Mereka hanya diizinkan keluar saat hendak membeli bahan makanan atau obat saja.
Selain itu, penghuni tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka untuk bekerja, kecuali yang memiliki izin untuk melakukannya.
Provinsi Henan melaporkan satu kasus yang dikonfirmasi di Kota Luohe pada Minggu lalu.
Pihak berwenang setempat mengatakan orang yang terinfeksi telah melakukan kontak dengan dua dokter yang berbasis di daerah Jia, yang kemudian dites positif terkena Virus SARS-CoV-2 meskipun mereka tidak menunjukkan gejala.
Sementara itu, kasus Virus Corona (COVID-19) dilaporkan absen dalam seminggu terakhir di Wuhan, Provinsi Hubei. Aturan lockdown juga segera dilonggarkan.
Berdasarkan laporan media China Xinhua, Rabu 1 April 2020, tidak ada kasus baru Virus Corona COVID-19 hingga perhitungan per 31 Maret kemarin. Ini berarti genap seminggu tak ada kasus baru di kota yang menjadi episentrum virus tersebut.
Pada pekan terakhir Maret, berbagai lokasi di Hubei melaporkan tak ada kasus baru dalam selama dua minggu lebih. Meski demikian, masih ada kasus kematian akibat Virus Corona baru di Wuhan.
Per Senin kemarin, Provinsi Hubei memulangkan 271 pasien sembuh dari rumah sakit. Di antara 1.461 pasien yang dirawat di rumah sakit, ada 350 yang kondisinya memburuk dan 147 pasien kritis.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak video pilihan berikut:
50 Kasus Berasal dari Wuhan
Berdasarkan laporan resmi pemerintah China, ada total 67.801 kasus Virus Corona baru di provinsi Hubei. Sebanyak 50 ribu kasus berasal dari Wuhan.
Virus Corona jenis baru pertama terdeteksi di Wuhan pada Desember lalu, namun pemerintah lokal malah membungkam dokter itu karena disebut membuat gaduh. Dokter yang ditegur, yakni Li Wenliang, akhirnya meninggal dunia setelah tertular.
Kini, Virus Corona COVID-19 sudah menyebar ke seluruh dunia dan merenggut nyawa puluhan ribu orang di Eropa.
Data dari China pun mendapat sindiran dari Gedung Putih. Pemerintah China dinilai tidak memberi representasi akurat terkait Virus SARS-CoV-2 ketika awal penyebaran, sehingga ilmuwan jadi kurang persiapan.
"Ketika kamu melihat data China di awal-awalnya, dan kamu mendapati ada 80 juta orang, atau 20 juta orang di Wuhan dan 80 juta di Hubei, dan mereka menyebut ada 50 ribu (pasien), kamu berpikir ini lebih mirip SARS ketimbang pandemi global seperti sekarang," ujar Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih.
"Saya pikir komunitas medis menginterpretasi data dari China bahwa ada sesuatu yang serius, tetapi lebih kecil ketimbang yang siapa pun perkirakan, karena saya pikir mungkin kita kehilangan jumlah data yang signifikan," pungkas Dr. Birx.
Advertisement