Sukses

Israel Perketat Karantina di Yerusalem Akibat Virus Corona COVID-19

Yerusalem mengalami karantina ketat akibat Virus Corona (COVID-19).

Liputan6.com, Vatikan - Pemerintah Israel memperketat karantina di Yerusalem untuk menyetop penyebaran Virus Corona (COVID-19). Wilayah yang terdampak termasuk Kota Lama yang menjadi tempat keagamaan penting bagi tiga agama samawi.

Dilaporkan AP, Minggu (12/4/2020), pengetatan ini memberi dampak bagi kegiatan agama masyarakat Yahudi, Kritiani, dan Muslim. Penganut Yahudi dan Kritiani sedang menyambut paskah, sementara penganut Muslim bersiap menyambut bulan suci Ramadan.

Kelompok ultra-Orthodoks di kalangan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu protes terhadap karantina ini. Pasalnya, daerah ultra-Orthodoks menjadi daerah yang paling kena dampak pengetatan.

Komunitas Yahudi ultra-Orthodoks itu selama berminggu-minggu tidak patuh terhadap perintah karantina. Kasus di daerah mereka pun meningkat.

Kasus Virus Corona di Israel sudah lebih dari 10 ribu pasien. Aturan baru ini dimulai pada hari Minggu waktu setempat.

Ada empat wilayah Yerusalem yang tak boleh pergi dari wilayah tempat tinggal mereka, kecuali untuk pekerjaan penting atau kebutuhan medis.

Di Tembok Ratapan, jumlah orang yang berkunjung juga dibatasi menjadi 10 orang saja ketika Paskah Yahudi (Pesah). Biasanya, puluhan ribu orang memadati acara keagamaan di Tembok Ratapan.

Gereja Makam Kudus juga merayakan Hari Paskah dengan sepi. Archbishop Pierbattista Pizzaballa menyampaikan pesan melawan rasa takut di tengah epidemi Corona.

"Pesan saya adalah meski ada pertanda kematian dan ketakutan yang kita saksikan di segala tempat di dunia, kita harus melihat pada kebaikan yang memberikan kehidupan mereka demi orang lain," ucapnya yang percaya umat akan selamat.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pesan Paskah Paus Saat Corona COVID-19: Jangan Menyerah pada Rasa Takut

Paus Fransiskus telah mendesak orang-orang untuk tidak "menyerah pada rasa takut" terhadap virus corona, menyerukan agar mereka untuk menjadi "pembawa pesan kehidupan di saat kematian."

Pemimpin Gereja Katolik Roma berbicara pada kebaktian Paskah virtual pada Sabtu malam, 11 April 2020, di sebuah Basilika Santo Petrus yang hampir kosong, demikian seperti dikutip dari BBC. 

Anggota 1,3 miliar komunitas Katolik di dunia dapat mengikuti aliran langsung layanan virtual ini.

Tindakan lockdown virus corona masih dilakukan di seluruh Italia yang terpukul pandemi, termasuk Vatikan yang menjadi negara enklave di dalamnya.

Perdana Menteri Italua Giuseppe Conte memuji Paus atas "sikap bertanggungjawab" dalam menandai Paskah tanpa jemaat di tengah pandemi virus corona.

Orang-orang Kristen di seluruh dunia merayakan Paskah, festival paling penting dalam kalender Kristen, meskipun ada pembatasan yang membuat ratusan juta orang terkurung di rumah mereka. Banyak imam yang melakukan pelayanan di gereja-gereja tanpa jemaat.

Paus Fransiskus mengingat kisah Alkitab tentang seorang wanita yang menemukan kuburan Yesus kosong pada hari orang Kristen percaya dia bangkit dari kematian.

"Kalau begitu, ada ketakutan tentang masa depan dan semua yang perlu dibangun kembali. Memori yang menyakitkan, harapan terpotong. Bagi mereka, bagi kita, itu adalah saat yang paling gelap," katanya.

"Jangan takut, jangan menyerah pada ketakutan: ini adalah pesan harapan. Ini ditujukan kepada kita hari ini," tambahnya.

Layanannya, biasanya diadakan di depan ribuan jamaah, hanya dihadiri oleh sekitar beberapa lusin orang. Beberapa acara tradisional juga diperkecil, termasuk pembaptisan orang yang insaf.

Pada hari Minggu, Paus akan memberikan pidato Minggu Paskah di sebuah upacara di balik pintu tertutup. Secara historis itu telah diberikan kepada orang banyak di St Peter's Square.