Sukses

Gereja Katolik Sri Lanka Maafkan Pelaku Teror Bom pada Paskah 2019

Gereja katolik Sri Lanka memilih menciptakan perdamaian ketimbang balas dendam.

Liputan6.com, Colombo - Gereja Katolik Sri Lanka memaafkan teroris pelaku bom bunuh diri yang membunuh 250 orang pada perayaan Paskah tahun lalu di ibu kota Colombo. Pada peristiwa itu tiga gereja dan tiga hotel menjadi sasaran.

Dilaporkan Channel News Asia, Senin (13/4/2020), pemberian maaf itu diberikan oleh Kardinal Malcolm Ranjith dalam acara misa Paskah. Ia berkata lebih baik mengikuti ajaran harapan dan perdamaian dari Yesus ketimbang membalas.

"Kami mengampuni mereka," ucap Kardinal Malcolm Ranjith.

Tiga gereja yang terkena serangan bom adalah St. Anthony's Shrine, St. Sebastian's Church, dan Zion Church. Selain menghilangkan nyawa, ada ratusan orang yang terluka akibat serangan ini.

Pelaku penyerangan berasal dari kelompok radikal Jemaah Tauhid Nasional di Sri Lanka. ISIS juga mengaku terlibat dalam penyerangan ini.

Polisi Sri Lanka langsung melacak tempat tinggal para pengebom.

Salah satu orang dekat teroris yang terlibat adalah seorang perempuan yang tengah hamil dan menikahi pelaku bom bunuh diri. Ketika rumahnya didatangi aparat, wanita itu mengaktifkan bom bunuh diri yang membunuh dirinya dan tiga anaknya.

Tahun lalu, Kardinal Ranjith meminta pemerintah untuk melakukan investigasi besar-besaran dan menduga adanya konspirasi di balik serangan ini.

Kasus bom bunuh diri Sri Lanka menjadi sorotan internasional. Usai peristiwa itu, Maithripala Sirisena yang saat itu menjabat sebagai presiden kalah pemilu dan digantikan oleh Gotabaya Rajapaksa.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Detik-Detik Serangan Bom Gereja Sri Lanka

Pada Minggu, 21 April 2019, Gereja Sion Protestan (Protestant Zion Church) di Batticaloa, Sri Lanka tidak berbeda dari Paskah tahun sebelumnya. Ruangan dihias, dipenuhi sekitar 300 jemaat yang tampak khusyuk. Mereka bersiap untuk misa.

Tepat 09.05 pagi, kebaktian hendak dimulai. Tiba-tiba, sebuah ledakan mengguncang tempat ibadah itu. Sekitar 26 jemaat yang tengah akan berdoa meninggal di tempat. Sedangkan 100 lainnya luka-luka.

"Apa yang tengah terjadi?," mereka bertanya-tanya. Beberapa mengatakan generator gereja mungkin meledak, mengutip Al Jazeera pada Selasa 23 April 2019.

Beberapa dari mereka mendengar kabar serangkaian pengeboman telah terjadi di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo sejak 08.45. Saat itu, jemaat yang hendak berdoa di Hari Paskah sadar satu hal: gereja mereka diserang.

Tampak salah satu korban tewas adalah putra dari Pastor Ganeshamoorthy Thirumakaran, yang masih remaja.

Sambil menangis tersedu-sedu setelah meletakkan jenazah putranya ke tempat peristirahatan terakhir pada Senin, Thirumakaran mengatakan dialah yang telah menyambut tersangka bom bunuh diri ke dalam gereja.

"Dia bukanlah orang yang terbiasa di gereja itu," kata Thirumakaran. "(Tapi) Saya memintanya untuk duduk."

Sang pastor mengatakan beberapa saat kemudian pelaku itu keluar dari gedung. Segera setelahnya bom itu meledak.

Esther (30) yang juga berada di gereja saat itu, mengatakan beberapa jemaat merasa curiga dengan tersangka. Mereka mencoba membawa terduga pelaku keluar gereja, meskipun pastor menyuruhnya duduk.

Segera setelah tersangka di luar ruangan, ledakan dahsyat mengguncang gedung. Jendela dan pintu terpental hancur. Lantai tempat ibadah penuh dengan jenazah, abu, dan bagian tubuh.

Di kamar jenazah rumah sakit, kerabat yang berduka mengatakan beberapa tubuh korban terbakar tanpa bisa dikenali.

Batticaloa berada sekitar 300 kilometer sebelah timur Kolombo. Insiden nahas akibat bom bunuh diri Minggu pagi, adalah kekerasan terburuk yang pernah menghantam kota multietnis itu --sejak berakhirnya perang saudara di Sri Lanka.