Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara masih belum melaporkan penyebaran Virus Corona COVID-19 di negaranya. Berulang kali, pejabat kesehatan Korut berkata tak ada kasus. Ini tergolong ajaib mengingat Korut memiliki perbatasan langsung dan hubungan dekat dengan China.
Negara sosialis itu mengaku punya sistem kesehatan yang superior di dunia. Media Korut juga menyebut Virus Corona tidak menyebar di negara mereka berkat pengabdian Kim Jong Un.
Advertisement
Baca Juga
Klaim-klaim Korut diragukan pihak luar. Salah satunya adalah Choi Jung Hun yang pernah menjadi dokter di Korut sebelum melarikan diri di Korsel. Choi menyaksikan sendiri bagaimana Korut selalu menyembunyikan wabah.
Dilaporkan AP, Senin (20/4/2020), Choi Jung Hun yang kini menjadi peneliti di Korsel menegaskan klaim Korut bahwa tidak ada penyebaran Virus Corona adalah dusta. Malah, Korut sering menyembunyikan adanya wabah.
"Itu bohong," ujar Choi. "Selama bertahun-tahun dan pada tiap masuk, bermacam penyakit menular selalu merebak tetapi Korea Utara berkata tidak ada penyebaran," ujarnya.
Korea Utara telah menerapkan karantina kepada puluhan ribu orang dan menunda tahun ajaran baru sekolah. Perbatasan dengan China juga telah disegel sejak Januari, meski masih ada kemungkinan penyelundupan.
Aktivis di Korsel berkata korban di Korut sudah berjatuhan di Korut akibat Virus Corona,namun angka itu tak bisa diverifikasi. Pakar Korsel lain menyebut di Korut tak ada korban karena mereka pun tidak mampu melakukan diagnosis.
"Saya berpikir sejumlah orang bisa saja meninggal. Tetapi itu tidak akan diumumkan ke dunia luar karena Utara bahkan tidak bisa mendiagnosis pasien-pasien yang mengidapnya," ujar Kim Sin-gon, profesor di Korea University College of Medicine, Seoul.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Korut Kesulitan Menghadapi Wabah
Mantan warga Korut yang tinggal di Korsel berkata sistem kesehatan di Korut memburuk sejak Kim Jong Un berkuasa. Ini diakibatkan oleh memburuknya sektor ekonomi swasta di negeri sosialis itu.
Sistem kesehatan gratis Korut runtuh pada pertengahan 1990-an karena kekacauan ekonomi dan bencana kelaparan. Kim Jong Un berhasil membangun rumah sakit baru dan melakukan modernisasi, tetapi penikmatnya lebih sering kalangan elit penguasa Korut.
Choi Jung Hun yang pernah menjadi dokter di Korut berkata gaji bulanannya setara dua kilogram beras. Sebagai bonus, ia mendapatkan rokok dari pasiennya.
Ketika wabah SARS merebak, Choi berkata tidak ada alat diagnostik di Korut. Dokter-dokter pun tidak berani mendiagnosis mereka yang meninggak karena SARS, sebab tak ada instruksi dari pemerintah.
Selama wabah flu babi di 2009, Korut sekali lagi tak punya alat diagnosis.
Terkait bantuan selama wabah Virus COrona ini, Kementerian Luar Negeri Rusia berkata sudah menyumbang 1.500 alat tes Virus Corona ke Korut. China melakukan hal serupa.
Organisasi internasional seperti UNICEF dan Dokter Lintas Batas juga sudah mengirim sarung tangan, masker, goggle, dan produk kebersihan tangan ke Korea Utara.
Advertisement