Sukses

Cegah Zoonosis, AS Minta China dan Seluruh Negara ASEAN Tutup Pasar Satwa Liar

Sehubungan dengan pandemi Corona COVID-19, Menlu Mike Pompeo meminta penutupan pasar satwa liar di wilayah ASEAN.

Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat dan ASEAN sama-sama berkomitmen untuk menghadapi pandemi Virus Corona COVID-19 secara kompak.

Namun, dalam pesannya, Menlu AS Mike Pompeo menegaskan permintaannya terkait penutupan pasar hewan liar di wilayah ASEAN, yang sebagaimana diketahui bahwa pasar serupa merupakan sumber penyebaran penyakit pertama kali di Tiongkok.

"Mengingat adanya kaitan erat antara satwa liar ilegal yang dijual di pasar basah dan penyakit zoonosis, Amerika Serikat meminta Republik Rakyat China untuk menutup secara permanen pasar basah satwa liar dan seluruh pasar yang menjual satwa liar ilegal. Saya menyerukan kepada semua pemerintah ASEAN untuk melakukan hal yang sama," tulis Pompeo dalam suratnya seperti dimuat dalam pernyataan dari Kedutaan AS di Jakarta yang diterima Senin (27/4/2020).

Zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya

Para ilmuwan percaya bahwa virus yang telah menyebar luas di seluruh dunia ini berasal dari pasar satwa liar, dan kemungkinan di kota Wuhan di China, di mana kelelawar, trenggiling, dan hewan lain yang diketahui membawa Virus Corona jenis baru. 

"Ini bukan lagi masalah satwa liar. Ini adalah masalah keamanan global, kesehatan manusia, dan ekonomi," kata Christy Williams, Direktur Asia Pasifik WWF, dalam konferensi pers, yang memberikan hasil survei.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

2 dari 2 halaman

Regulasi Konsumsi Satwa Liar

Setelah pandemi yang dimulai di Wuhan dan sejak itu meluas ke seluruh dunia, China memberlakukan larangan terhadap semua pertanian dan konsumsi satwa liar, tetapi tidak mencakup perdagangan hewan sebagai hewan peliharaan, dan untuk pengobatan tradisional.

Perdana menteri Vietnam telah memerintahkan kementerian pertanian untuk menyusun arahan serupa, yang melarang perdagangan dan konsumsi satwa liar.

Jeremy Douglas, perwakilan Asia Tenggara dan Pasifik untuk kantor PBB urusan narkoba dan kejahatan, mengatakan beberapa perdagangan telah dilakukan secara rahasia.

"Saya benar-benar prihatin dengan daerah-daerah khusus," katanya melalui telepon, merujuk pada zona otonom di perbatasan Myanmar-China yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata etnis yang telah lama menjadi pusat perdagangan satwa liar.

Dua warga Mong La, kota perbatasan yang dikenal sebagai sarang penyelundupan, mengatakan melalui telepon bahwa pasar tetap buka tetapi toko-toko satwa liar tutup.

"Itu karena rute mobil ditutup sehingga rute perdagangan tidak dapat dilakukan," kata Ye Min Tun, seorang pekerja konstruksi berusia 29 tahun.