Sukses

Donald Trump Percaya Ekonomi AS Bangkit Usai Corona COVID-19 Berlalu

Ekonomi AS sedang menurun akibat Virus Corona (COVID-19).

Liputan6.com, Washington, D.C. - Ekonomi dunia sedang lesu akibat adanya Virus Corona (COVID-19). Salah satu penyebabnya adalah adanya lockdown, akibatnya pemasukan dunia bisnis terganggu. 

Ketika itu terjadi, otomatis bisnis-bisnis mulai merumahkan bahkan melakukan PHK pada karyawan, sehingga finansial karyawan terganggu, dan otomatis angka pengangguran meningkat.

Situasi yang penuh ketidakpastian juga membuat investor enggan menanam modal dan indeks saham berbagai negara rontok. 

Amerika Serikat turut terdampak hal ini. Pertumbuhan ekonomi mereka pada kuartal I tahun ini lesu. Namun, Presiden AS Donald Trump optimistis ekonomi akan bangkit secara cepat setelah pandemi Virus Corona reda. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (30/4/2020), Trump menyampaikan komentar dalam acara yang memaparkan program pinjaman yang dirancang untuk membantu usaha kecil mengatasi pandemi Virus Corona, Program Perlindungan Upah.

Dalam pidatonya, Trump mengatakan ekonomi negara akan dibangun kembali "secara cepat."

Ia menyampaikan pidato beberapa jam sebelum Departemen Perdagangan memperkirakan ekonomi AS menyusut sebesar 4,8 persen pada kuartal terkini.

Juga disampaikan produk domestik bruto, total produksi barang dan jasa, yang mengalami penurunan triwulanan untuk pertama kalinya dalam enam tahun.

Kasus Virus Corona di AS kini adalah yang tertinggi di dunia dengan lebih dari sejuta kasus. Total kasus di seluruh dunia sudah mencapai 3,1 juta orang.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani: Kerugian Dunia Akibat Corona Setara Gabungan Ekonomi Jepang dan Jerman

Wabah virus corona berhasil membuat laju pertumbuhan ekonomi dunia sempoyongan sejak awal tahun 2020. Bahkan tak sedikit analis yang meramalkan kerugian ekonomi global akibat wabah ini melampaui Perang Dunia II.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerugian ekonomi global akibat wabah virus corona setara dengan gabungan ekonomi Jerman dan Jepang atau senilai USD 9 triliun. 

"Jadi dalam hal ini tidak ada pertanyaan lagi apakah covid-19 ini memiliki dampak dahsyat ke ekonomi dunia. Sudah terbukti," tegas Sri Mulyani dalam rapat virtual bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (30/4).

Dia menjelaskan tekanan ekonomi yang dialami berbagai kawasan pusat ekonomi dunia merupakan yang terbesar sejak global financial crisis.

Bahkan, negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang mengklaim angka pengangguran bertambah hingga 26 juta jiwa hanya dalam kurun waktu lima minggu terakhir. Selain itu, kinerja sektor retail juga anjlok -6,2 persen atau terendah sejak tahun 2009.

Hal serupa juga dialami Eropa, seperti Jerman yang merupakan negara ekonomi utama di benua biru mengalami pertumbuhan ekonomi terendah dikuartal pertama tahun ini seperti yang dilaporkan Bussiness Confidence. Pun, Inggris dibuat tak berkutik setelah sektor retail karena mengalami kerugian hingga -5,8 persen atau rekor terburuk di negeri kekuasaan ratu Elizabeth.

"Seperti indeks PMI manufaktur dan jasa di Eropa mengalami kontraksi hingga dilevel terendah sejak 2009," imbuh dia.