Duisburg - Terdapat tingkat konsensus dalam komunitas medis dan ilmiah yang menyatakan bahwa perlu setidaknya 18 bulan agar vaksin Corona COVID-19 bisa berhasil dikembangkan dan didistribusikan.
Beberapa peneliti lebih optimistis bahwa vaksin dapat dikembangkan lebih cepat, namun dikatakan dalam bidang ilmu obat-obatan bahwa perlu waktu lebih lama untuk mengembangkan vaksin virus itu.
Baca Juga
Ilona Kickbusch, Pakar kesehatan Jerman, mengatakan kepada DW bahwa otoritas kesehatan di seluruh dunia sedang bekerja untuk menemukan solusi yang layak untuk masalah distribusi. Tetapi ia juga menambahkan tidak ada aturan internasional untuk saat ini terkait pembagian setiap vaksin yang mungkin dengan cara yang adil.
Advertisement
Menurut catatan seorang profesor manajemen kesehatan di Universitas Duisburg-Essen di Jerman, Jürgen Wasem, menunjukkan bahwa penelitian dan pengembangan obat biasanya didorong oleh kekuatan pasar.
Meskipun terdapat masalah soal kepentingan pribadi dalam penelitian dan pengembangan obat-obatan terutama dalam pencarian pengobatan Virus Corona, Jürgen masih sangat meyakini pendekatan yang didorong oleh pasar.
Lebih dari selusin vaksin Corona COVID-19 yang berbeda-beda dengan yang paling menjanjikan saat ini sedang dikembangkan di China, AS, dan Jerman yang dijadwalkan untuk mulai melakukan uji klinis pada tahun ini, seperti dikutip dari DW Indonesia, Senin (4/5/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Kemacetan Pasokan dan Pematokan
António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menyatakan bahwa perlakuan vaksin Corona COVID-19 di masa depan sebagai "barang publik" yang harus disediakan untuk semua orang. Kanselir Jerman, Angela Merkel juga berharap adanya negosiasi multilateral untuk mencapai kesepakatan global tentang masalah itu.
Pertemuan tingkat tinggi para pemimpin pemerintah dengan perwakilan Uni Eropa dan Yayasan Bill dan Melinda Gates pada 4 Mei, akan membahas peningkatan pendanaan 8 miliar euro untuk agen distribusi vaksin global yang akan dikomando agen baru Organisasi Kesehatan (WHO) dengan tujuan untuk mengatur persediaan medis di seluruh dunia.
Setelah Presiden Donald Trump membatalkan partisipasi delegasi AS dalam pertemuan 4 Mei, masih belum jelas apakah negara tersebut akan bergabung dengan upaya global untuk mendirikan agen vaksin WHO.
Bill Gates, Filantropis dan pendiri Microsoft, menyatakan keinginan untuk kapasitas produksi dibangun di negara berkembang, dengan mengingatkan bahwa negara-negara berkembang di Amerika Latin, Asia, dan Afrika dapat terakhir dilayani jika kekuatan pasar memutuskan siapa yang mendapat akses ke vaksin.
Penyunting: Natasha Khairunnisa Amani
Advertisement