Sukses

Kisah Pemuda Sukabumi Terjebak di Lautan Karena Virus Corona COVID-19

Ternyata, masih banyak ABK di Indonesia yang masih terjebak di lautan karena pandemi Virus Corona COVID-19

Canberra - Virus Corona COVID-19 sudah mewabah sejak Januari 2020 dan resmi menjadi pandemi global pada Maret 2020. Bisnis kapal pesiar menjadi salah satu yang terimbas paling parah, seperti yang terjadi pada kasus di Diamond Princess. 

Imbas juga tak merugikan perusahaan kapal, para ABK juga banyak yang terjebak di kapal dan tak bisa pulang. Bahkan, ribuan WNI yang bekerja dari ABK sudah berbulan-bulan terjebak. 

Salah satunya adalah Sonata Khrisna Deva, asal Sukabumi, Jawa Barat, sudah hampir dua bulan berada di tengah lautan. Ia bekerja di kapal pesiar Holland-American Line, namun kapal itu tak bisa berlabuh. 

Kapal itu sudah tak berpenumpang, namun ada hampir 1.000 anak buah kapal, termasuk asal Indonesia, yang masih bertahan di atas kapal pesiar dan belum bisa pulang.

"Kapal ini rutenya hanya Australia dan New Zealand, bolak-balik di kawasan itu saja," kata Sonata kepada Hellena Souisa dari ABC News, Senin (4/5/2020).

Sonata menuturkan, rencana awalnya kapal mengarah ke San Diego dan sesampainya di sana ABK akan diterbangkan pulang dengan pesawat sewaan.

"Waktu itu San Diego masih membolehkan (merapat), tapi di perjalanan kami mendapat kabar pelabuhan ditutup."

Akhirnya kapal mengarah dan merapat di San Pedro, California. Ia mengatakan rencana untuk dipulangkan dengan pesawat dari San Pedro juga gagal.

"Akhirnya (kapal) bisa merapat, tapi kami juga enggak boleh turun. Hanya isi bahan bakar dan loading bahan makanan," katanya.

Sonata yang sehari-hari bekerja di bagian 'house keeping' kapal mengatakan terakhir kali ia merapat dan turun ke darat sekitar 10 Maret 2020.

Hampir dua bulan sudah pemuda Sukabumi itu berada di tengah lautan dan penantiannya bersama ABK lain belum berakhir.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pulang Melalui Jalur Laut

Ketika Sonata berada di San Pedro ada empat kapal pesiar di bawah satu perusahaan yang bernasib sama.

Kapal-kapal inilah yang akhirnya akan digunakan untuk membawa pulang kru kapal ke beberapa negara.

Kapal yang sekarang ditumpanginya, menurut Sonata, akan digunakan untuk mengantarkan pulang seluruh kru kapal ke negara asalnya masing-masing.

"Selain ke Filipina, kapal pesiar yang ada akan bertolak ke Afrika dan Indonesia," kata Sonata.

Pihak perusahaan menjanjikan, semua kru kapal akan tiba di negara masing-masing paling lambat 7 Juni 2020.

3 dari 3 halaman

Keadaan Kru Sehat

Meski masih harus bersabar, Sonata bersyukur kondisinya dan teman-temannya masih sehat. 

Ia juga tetap menjalankan ibadah puasa.

"Alhamdulillah, puasa. Di sini untungnya banyak kru asal Indonesia, pengurus masjidnya juga orang Indonesia," tutur Sonata.

Ia mengaku kedekatannya dengan kru asal Indonesia lainnya sedikit mengobati kerinduannya pada Indonesia di masa-masa pandemi.

Sonata juga tidak khawatir akan kehilangan pekerjaannya, karena pihak perusahaan telah meyakinkan akan tetap mempekerjakannya setelah kondisi kembali normal.

"Istilahnya, kami masih tetap pegawai. Tapi karena nggak melaut, ya nggak digaji. Nanti setelah dipulangkan, bisa dipanggil kerja lagi kalau kondisi [sudah] normal," katanya yang baru mulai bekerja di kapal pesiar Desember 2019 lalu.

Awal April lalu, seperlima dari 1.040 awak kapal Ruby Princess yang bersandar di New South Wales, Australia diketahui menunjukkan gejala tertular virus corona.

Di Australia 11 kematian dan 600 kasus positif COVID-19 diketahui memiliki kaitan dengan kapal pesiar, sehingga menjadi sumber penularan virus corona yang terbesar di Australia.