Sukses

30 Ribu Lebih Warga Ekuador Terpapar Virus Corona COVID-19

Pemerintah Ekuador telah memperingatkan jumlah pasien Virus Corona COVID-19 sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang diindikasikan oleh laporan, terutama di kota terbesar Guayaquil.

Liputan6.com, Quito - Otoritas Ekuador mengonfirmasi bahwa kasus warga negaranya yang terpapar Virus Corona mencapai 30.000 orang lebih.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (5/5/2020), negara yang terletak di kawasan Amerika Selatan itu telah mengkonfirmasi 31.881 kasus Corona COVID-19.

Sementara itu ada 1.569 kasus kematian yang dilaporkan oleh pemerintah setempat. Pihak berwenang telah melakukan 80.171 tes, yang meliputi tes cepat dan uji biologi molekuler (polymerase chain reaction atau PCR).

Pemerintah telah memperingatkan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang diindikasikan oleh laporan, terutama di kota terbesar Guayaquil, tempat jasad ditinggalkan di rumah atau di jalan selama berjam-jam.

Presiden Lenin Moreno mengatakan pekan lalu bahwa jumlah kasus Virus Corona baru telah stabil dan jumlah kematian menurun dalam beberapa waktu terakhir.

Presiden Lenin juga mengakui bahwa akibat wabah ini terjadi kerusakan sistem ekonomi di negaranya.

Setelah satu bulan karantina yang ketat untuk mengekang pandemi, pemerintah Ekuador mengatakan pihaknya sekarang akan mengizinkan beberapa bisnis untuk beroperasi melalui layanan telepon dan internet.

Layanan ini dilakukan untuk pengiriman rumah, sementara itu mereka juga memperpanjang jam operasi untuk taksi.

Dana Moneter Internasional pada hari Sabtu mengkonfirmasi telah menyetujui US$ 643 juta dalam bantuan darurat untuk Ekuador, mengutip dampak buruk virus terhadap ekonomi dengan anjloknya harga minyak dan permintaan global.

Ekuador tetap akan mempertahankan jam malam 15 jam, guna menjaga perbatasannya serta melarang beroperasinya angkutan umum selama pandemi Corona COVID-19.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Di Eropa Aturan Lockdown Mulai Longgar

Beberapa negara di Eropa yang terdampak parah pandemi, akan melonggarkan aturan lockdown setelah mengalami penurunan jumlah kasus baru Virus Corona COVID-19.

Dikutip dari laman Fox, Selasa (5/5/2020), salah satu negara tersebut adalah Spanyol.

Meski demikian, masker akan tetap menjadi barang wajib yang harus digunakan oleh warga di negara tersebut.

Terutama bagi mereka yang berada di ruang publik dan angkutan umum. Masa lockdown di Spanyol pertama kali dilaksanakan pada 14 Maret 2020.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pemerintahnya akan memberikan 6 juta masker ke berbagai lokasi transportasi, serta tambahan 7 juta masker kepada pemerintah setempat.

Untuk pertama kalinya dalam tujuh minggu, sebagian besar orang dewasa pada Sabtu 2 Mei diizinkan keluar rumah untuk berolahraga, berjalan atau olahraga antara pukul 06:00 sampai 10:00, dan antara pukul 20:00 sampai 23:00.

Di bawah aturan "la cuarentena" -- atau karantina dalam bahasa Spanyol -- orang hanya diperbolehkan keluar rumah untuk mengunjungi toko kelontong atau apotek, untuk berjalan-jalan sebentar dengan anjing mereka atau pergi bekerja, jika bekerja dari rumah tidak memungkinkan.

Sebelumnya pada 26 April, anak-anak Spanyol di bawah usia 14 diizinkan keluar untuk pertama kalinya dalam 44 hari selama satu jam kegiatan yang diawasi oleh orangtua.

Per Senin 4 Mei, Spanyol masih tercatat sebagai negara kedua paling banyak terinfeksi COVID-19 di dunia, dengan setidaknya 217.466 kasus Virus Corona baru yang dikonfirmasi. Posisinya nomor dua di bawah Amerika Serikat.

Meski demikian, kasus aktif penularan Virus Corona jenis baru di Spanyol dilaporkan worldometers.info/coronavirus sebanyak 71.240. Â