Melbourne - Seorang alumni Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan penerima beasiswa dari Australia yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Melbourne terjerat tuduhan pelechan seksual. Penyelidikan pun dilakukan oleh berbagai pihak, salah satunya dari pihak UII Yogyakarta.
Pada 2 Mei 2020, UII menyatakan telah membentuk tim pencari fakta untuk merespon dugaan tersebut, dan melibatkan LKBH Fakultas Hukum UII untuk memfasilitasi terduga korban yang ingin menempuh jalur hukum.
Saat ini pihak universitas telah berkomunikasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, yang dalam jumpa pers online pada Senin lalu (04/05) mengatakan setidaknya ada 30 perempuan yang sudah melaporkan dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang mahasiswa.
Advertisement
Dalam rilis itu, UII merujuk mahasiswa tersebut dengan sebutan "IM", namun LBH Yogyakarta dalam jumpa persnya menyebutkan nama Ibrahim Malik dan identitasnya sebagai mahasiswa di University of Melbourne serta penerima beasiswa 'Australia Award Scholarship', demikian seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu (10/5/2020).
Australia Award adalah program beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Australia, melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) untuk membuka kesempatan bagi mahasiswa dari negara berkembang untuk belajar di Australia.
Kepada ABC, juru bicara DFAT mengatakan pihaknya sudah mengetahui tentang dugaan pelecehan seksual terhadap penerima beasiswanya, dan mengatakan proses investigasi sedang dilakukan oleh universitas tempat mahasiswa tersebut menuntut ilmu.
Mewakili LBH Yogyakarta, dalam jumpa pers tersebut, Meila Nurul Fajriah mengatakan bahwa lembaganya menerima laporan pelecehan seksual oleh Ibrahim yang terjadi di tahun 2016.
Dugaan tersebut, menurut pernyataan Meila, terjadi di Indonesia dan Australia.
Selain sebagai mahasiswa, Ibrahim dikenal sebagai "ustaz" dan "pembicara motivator" di kalangan anak muda.
Juga disampaikan dalam jumpa pers tersebut, bahwa Ibrahim diduga menghubungi para perempuan pelapor melalui pesan Instagram, WhatsApp, telepon langsung, dan panggilan video.
"Kami merasa senang ketika pertama kali diundang untuk berkomunikasi dengan Ibrahim, karena dia memberikan banyak pesan motivasi, seperti bagaimana caranya mendapatkan beasiswa dan sering menghadiri konferensi di luar negeri," ujar Melia membacakan sejumlah kesaksian dari pelapor.
"Ada juga kejadian saat penyintas menerima panggilan video, langsung dihadapkan pada keadaan di mana Ibrahim Malik sedang menggoyang-goyangkan alat kelaminnya," ujar Meila membacakan isi salah satu laporan.
Kepada ABC, Ibrahim membantah semua dugaan pelecehan seksual yang terhadap dirinya.
Menanggapi pernyataan Universitas Islam Indonesia yang akan membentuk tim pencari fakta, Ibrahim mengatakan siap dan akan kooperatif.
"Saya hormati ya, itu kan hak prerogatif kampus, tapi sampai sekarang kan semua itu masih dugaan. Artinya saya juga masih bingung kenapa saya disuruh harus meminta maaf," kata pemuda yang berkuliah di Australia itu.
Simak video pilihan berikut:
Tuduhan Pelecehan di Melbourne
Kepada ABC, ada dua orang perempuan yang menceritakan dugaan pelecehan seksual oleh Ibrahim saat mereka di Melbourne.
Mereka mengatakan, saat dugaan pelecehan seksual itu terjadi, mereka masih berstatus mahasiswi dan juga menjadi bagian dari 30 perempuan yang melapor ke LBH Yogyakarta.
Salah satu dari mereka mengaku "kaget dan sangat tidak nyaman" atas apa yang dilakukan Ibrahim kepadanya.
"Dia duduk sangat dekat, sampai saya bisa merasakan nafasnya. Saya merasa ia menginvasi personal space saya," kata dia kepada Hellena Souisa dari ABC News.
Ia juga mengaku merasa terganggu ketika tangan Ibrahim beberapa kali menyentuh beberapa bagian tubuhnya.
Di Melbourne, Ibrahim dikenal aktif dalam sejumlah kegiatan keagamaan dan sering diundang untuk menjadi penceramah di sejumlah masjid, yang jemaahnya kebanyakan warga Indonesia di Victoria.
Dalam ajaran Islam, ustaz seperti Ibrahim diharapkan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam, termasuk untuk tidak terlalu berdekatan secara fisik dengan lawan jenis.
Selain itu, ajaran Islam juga melarang pria dan perempuan berada di dalam satu ruangan bila berdua saja.
"Rasanya saat itu surreal banget karena saya kenal dia dan reputasinya yang agamis, tapi kok begitu," ucapnya.
Perempuan lainnya juga mengatakan kepada ABC, bahwa dirinya mengenal Ibrahim dari kegaiatan keagamaan.
Di tahun 2018, perempuan tersebut mengaku "sangat terkejut" ketika Ibrahim diduga berusaha memegang tangannya.
"Mas, bukan muhrim!" kata dia mengingatkan pada ajaran Islam yang melarang sentuhan fisik terhadap lawan jenis di luar pernikahan.
Ia juga mengatakan telah mencoba mengingatkan Ibrahim soal posisinya sebagai 'ustaz'. Tetapi kemudian menuturkan bahwa Ibrahim mencoba memeluknya.
Kepada ABC ia mengatakan bahwa Ibrahim sempat meminta maaf, tetapi kemudian mengulanginya kembali dengan cara yang berbeda di beberapa kesempatan.
Ia mengaku butuh waktu untuk melaporkannya karena merasa khawatir tidak akan ada orang yang mempercayai ceritanya, mengingat reputasi Ibrahim yang agamis.
"Aku rasa saat itu aku juga belum self-educated soal [sexual harassment] itu,'" katanya.
Advertisement
Bantahan Ibrahim Malik
Sabtu lalu (02/05), Ibrahim mengunggah "klarifikasi" tertulisnya di akun Instagram miliknya, menjawab tuduhan pelecehan seksual kepadanya dan mengatakan dirinya telah menjadi target "pembunuhan karakter".
Dalam wawancara dengan ABC, Ibrahim membantah semua dugaan atas tindakannya di Indonesia dan Australia, dan mengatakan bahwa tuduhan pelecehan seksual ini telah merusak reputasinya.
Beberapa jadwalnya sebagai pengisi acara di aktivitas keagamaan selama Ramadan dibatalkan oleh penyelenggara.
"Benar [semua acara dibatalkan], itu karena ada selebaran yang isinya saya sudah melakukan [pelecehan seksual], bukan lagi diduga. Seolah-olah saya sudah terbukti melakukan," kata Ibrahim.
"Saya tidak merasa dan tidak pernah [melakukan]," jawab Ibrahim ketika ditanya soal dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukannya melalui telepon dan pesan tertulis.
Ketika masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta, beberapa perempuan yang melapor kepada LBH Yogyakarta mengatakan Ibrahim pernah mencoba "memeluk [mereka] dari belakang dan menyentuh" mereka di kostnya, saat ia menjual buku bimbingan belajar.
"Nah, itu perlu bukti dulu. Artinya saya tidak bisa mengatakan iya atau tidak, begitu, karena saya tidak tahu pokok perkaranya seperti apa," kata Ibrahim tentang dugaan atas perbuatannya di Indonesia.
"Stand saya tetap sama. Itu kan artinya mereka menduga … dalam bahasa lain belum memiliki bukti yang jelas dan saya tidak diberikan kesempatan klarifikasi apa-apa," kata Ibrahim.
Ibrahim juga membantah saat dikonfirmasi soal tuduhan pelecehan seksual yang dilakukannya di Melbourne.
"Kalau di Melbourne misalnya saya pernah, saya ingin tanya siapa orangnya? Kedua, kalau saya pernah dan bersalah, kenapa tidak segera dilaporkan ke pihak kampus atau pihak polisi?"
Salah satu perempuan yang berbicara kepada ABC di Melbourne mengatakan, ia sudah melaporkan pelecehan yang diterimanya lewat platform 'Safer Community Program' dan sedang dalam proses untuk mengajukan laporan resmi.
Sementara itu, pihak University of Melbourne mengonfirmasi bahwa pihaknya telah dihubungi oleh kedua alumni yang melaporkan dugaan pelecehan yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa yang masih aktif.
"Kedua alumni tersebut… sudah diberikan support bagi kesehatan mental mereka dan kami meyakinkan bahwa informasi tambahan yang mereka berikan kepada universitas akan diselidiki," kata juru bicara universitas.
"Pihak universitas juga sudah menghubungi mahasiswa laki-laki yang dimaksud dan menawarkan dukungan serta pendampingan."
Juru bicara DFAT mengatakan belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut hingga penyelidikan yang dilakukan universitas sudah selesai.