Sukses

China Tepis Boikot Daging Australia karena Investigasi Corona COVID-19

China mulai mencekal impor daging dari Australia. Sebelumnya, Kedubes China di Australia sempat mengancam melakukan hal itu jika ada investigasi Virus Corona (COVID-19).

Canberra - China tampak "menepati janji" untuk menyetop produk daging Australia. Namun, mereka tidak mau mengaku kebijakan itu terkait dorongan Australia agar ada investigasi asal-usul Virus Corona COVID-19. 

Padahal, bulan lalu China sendiri yang memberi ancaman halus akan menarget produk Australia jika ada investigasi semacam itu. 

Dilaporkan ABC Australia, Kamis (14/5/2020), bulan lalu Duta Besar China untuk Australia, Cheng Jingye melontarkan pernyataan bernada mengancam setelah Pemerintah Australia bersikeras untuk menyelidiki asal-usul COVID-19.

Dubes Cheng mengatakan konsumen di China bisa saja mempertimbangkan kembali mengapa mereka harus membeli produk dan jasa Australia sebagai reaksi terhadap desakan penyelidikan.

"Jika mood-nya memburuk, rakyat akan berpikir mengapa kami harus datang ke suatu negara yang tidak bersahabat dengan China," katanya pada akhir April, seperti dikutip media Australian Financial Review.

"Mungkin warga biasa di China akan berkata, mengapa kami harus minum wine Australia, makan daging sapi Australia?" tambah Dubes Cheng.

Dalam tempo dua pekan sejak itu, China menyatakan akan mengenakan tarif sebesar 80 persen untuk gandum dari Australia.

Selain itu, pasokan daging merah dari empat RPH di Australia kini dilarang untuk masuk ke China.

Menurut Ben Lyons, pengamat masalah China dari Southern Queensland University, China sedang menjalankan permainan diplomatik dengan Australia.

Namun menurutnya, posisi Australia cukup baik dalam persoalan ini karena banyak produk dan jasa Australia yang memang dibutuhkan China.

"China tak lagi memiliki 9 persen lahan subur di dunia. Mereka juga mengalami masalah dalam ketenagakerjaan, yaitu masalah produktivitas," katanya.

"Banyak kebutuhan China yang kita miliki, jadi ini bukan karena ada kesalahan dengan produsen gandum atau daging sapi," jelas Lyons.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Bantahan China

Menanggapi tudingan adanya permainan diplomasi, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan Cina memberlakukan larangan karena pihak bea cukai menemukan produk Australia melanggar persyaratan karantina dan bea cukai yang disetujui bersama.

"Kami sudah memberi tahu pihak Australia tentang hal ini dan kami meminta pihak Australia untuk menyelidiki dan memperbaikinya," katanya dalam keterangan pers pekan ini.

Ia mengatakan desakan Australia untuk menyelidiki asal-usul COVID-19 tidak terkait dengan larangan impor tersebut.

"Itu dua hal yang berbeda," katanya. "Asal-usul virus membutuhkan penilaian spesialis dan ilmuwan."

China melepaskan pukulan pertamanya dalam pertikaian diplomatik dengan Australia terkait COVID-19, dengan melontarkan ancaman akan mengenakan bea masuk bagi impor gandum Australia.

Jika diterapkan, tindakan ini akan merugikan ratusan juta dolar bagi perdagangan gandum Australia.

Ketua asosiasi produsen biji-bijian Australia, Andrew Wiedemann menggambarkan tarif ini sebagai pukulan telak yang ia yakini akan berdampak langsung masyarakat Australia.

"Tarif itu akan menghentikan perdagangan antara kedua negara," kata Weidemann.

Sejak tahun 2018, Australia dituduh menjalankan taktik 'dumping' untuk produk gandum, namun tuduhan ini telah dijawab melalui Organisasi Perdagangan Dunia WTO.

"Kami juga tahu bahwa China sangat membutuhkan gandum Australia, mereka sudah lama menjadi pembeli, jadi tindakan itu akan menyebabkan kerusakan pada industri mereka sendiri," katanya.

Menteri Perdagangan Simon Birmingham secara terpisah mengatakan prihatin dengan laporan mengenai pengenaan tarif untuk gandum Australia ke China.

3 dari 3 halaman

Daging Sapi Jadi Target

Tak cukup pada gandum, China juga memberlakukan larangan impor daging dari empat rumah pemotongan hewan, tiga di negara Queensland dan satu di New South Wales.

Sumber yang dikutip ABC menyebutkan ke-4 RPH ini mewakili sekitar 35 persen ekspor daging sapi Australia ke China yang tahun ini nilainya 3,5 miliar dollar.

Menteri Birmingham mengaku mendapatkan pemberitahuannya pada hari Senin (11/05), yang oleh Pemerintah China dikaitkan dengan masalah pelabelan dan sertifikat kesehatan.

Dewan Industri Daging Australia mengatakan China memiliki persyaratan ketat yang oleh industri Australia dianggap "sangat serius".

"Meskipun tidak diinginkan, kami telah menangani masalah-masalah seperti ini sebelumnya dan bekerja sama dengan Pemerintah Australia," katanya.

"Ini adalah masalah akses perdagangan dan pasar yang ditangani oleh Pemerintah Australia," katanya.

Sementara itu juru bicara oposisi untuk urusan pertanian Joel Fitzgibbon menuding Pemerintahan PM Scott Morrison menjadikan pertengkaran dengan China untuk mendapatkan dukungan politik dalam negeri.

Fitzgibbon mengatakan langkah PM Morrison membiarkan hubungan dengan China memburuk telah menimbulkan kegelisahan di kalangan industri-industri utama.

Ia mengaku telah berbicara dengan para pengusaha terkait yang menyatakan pengenaan tarif dan larangan impor adalah "konsekuensi dari hubungan yang memburuk, salah kelola oleh Pemerintah Australia".

Federasi Petani Nasional di Australia secara terpisah menyatakan selalu muncul masalah dalam hubungan perdagangan dengan China dari waktu ke waktu.

Sekitar sepertiga dari ekspor pertanian Australia dijual ke Cina, termasuk 20 persen produksi daging sapi dan hampir setengah dari produksi gandum.

Dewan Industri Daging Australia, yang mewakili dua rumah pemotongan hewan mengatakan, larangan ekspor ke China diterapkan untuk pengiriman daging sejak 12 Mei, sehingga daging yang sudah dalam perjalanan tidak akan terpengaruh.