Liputan6.com, Rangoon: Menanggapi bentrokan antar-etnis di Myanmar yang menewaskan 650 warga muslim Rohingya, PBB mulai bertindak.
Pada Senin (30/7), Badan hak asasi manusia PBB mengirim utusan untuk mengunjungi Myanmar. Di sana, utusan tersebut membahas konflik antar umat Budha dan Muslim Rohingya di wilayah Barat sejak Juni lalu.
Utusan PBB, Tomas Ojea Quintana, menemui pejabat kementerian luar negeri Myanmar. Quintana menyatakan pemerintah Myanmar mesti segera menyelesaikan konflik ini. Sementara, pejabat senior Myanmar mengatakan, pemerintah telah berupaya keras menegakkan hukum dan keadilan di wilayah konflik tersebut. Quintana berencana mengunjungi kawasan konflik pada Selasa ini.Â
Konflik antar-etnis ini telah mengundang perhatian dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah badan hak asasi manusia, partai, dan mahasiswa mengecam keras kasus tersebut [baca: Mahasiswa Kecam Kekerasan di Myanmar].Â
Pada Senin (30/7), Badan hak asasi manusia PBB mengirim utusan untuk mengunjungi Myanmar. Di sana, utusan tersebut membahas konflik antar umat Budha dan Muslim Rohingya di wilayah Barat sejak Juni lalu.
Utusan PBB, Tomas Ojea Quintana, menemui pejabat kementerian luar negeri Myanmar. Quintana menyatakan pemerintah Myanmar mesti segera menyelesaikan konflik ini. Sementara, pejabat senior Myanmar mengatakan, pemerintah telah berupaya keras menegakkan hukum dan keadilan di wilayah konflik tersebut. Quintana berencana mengunjungi kawasan konflik pada Selasa ini.Â
Konflik antar-etnis ini telah mengundang perhatian dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah badan hak asasi manusia, partai, dan mahasiswa mengecam keras kasus tersebut [baca: Mahasiswa Kecam Kekerasan di Myanmar].Â
Â
Sejumlah pihak menyebut pemerintah Myanmar tidak tegas menyelesaikan konflik tersebut. Sebab, Myanmar tidak mengakui komunitas Rohingya sebagai salah satu suku di Myanmar. Menurut Rangoon, Rohingnya adalah penduduk ilegal yang bermigrasi dari Bangladesh.
Â
Beberapa kelompok hak asasi manusia Amnesti Internasional mengatakan kekerasan terhadap komunitas Rohingya sangat tidak berperikemanusiaan dengan terjadinya pembunuhan, pemerkosaan, dan kekerasan fisik lain. Sejumlah negara Islam di Timur Tengah, seperti Tunisia dan Iran berencana memberi tekanan terhadap Myanmar. (AP/YUS)