Melbourne - Umat Muslim di Melbourne, Australia, memetik berkah dari keberhasilan pemerintah Australia dalam meredam Virus Corona (COVID-19). Berkat lockdown yang sudah selesai, umat Muslim di Melbourne diizinkan melakukan silaturahmi lebaran.Â
Dilaporkan ABC Indonesia, Rabu (20/5/2020), Melbourne saat ini sudah diperbolehkan untuk menerima tamu di dalam rumah maksimal hingga lima orang untuk sekali bertamu.
Advertisement
Baca Juga
Pasalnya, inti perayaan lebaran, apalagi bagi warga asal Indonesia, adalah kesempatan untuk saling bersilaturahmi, mengunjungi satu sama lain. Sambil bercengkrama menikmati menu-menu khas lebaran.
Kepada jurnalis ABC Farid M. Ibrahim, seorang WNI bernama Riska yang sudah beberapa tahun tinggal di Melbourne, menjelaskan bahwa silaturahmi lebaran tahun ini harus disesuaikan dengan aturan pembatasan COVID-19.
"Kebetulan Riska baru tiga tahun di Ashburton (salah satu daerah di Melbourne). Tahun pertama iya, tahun kemarin engga karena gantian sama teman, terus tahun ini memang rencananya Riska mau adakan lebaran di rumah, tapi ternyata ada COVID," ujarnya.
Selain meminta untuk datang tepat waktu, Riska juga memastikan agar tamu-tamunya datang di waktu yang berbeda-beda. Masing-masing dialokasikan waktu satu jam untuk sekali bertamu.Â
Riska juga menyediakan hand sanitiser di depan pintu dan meminta tamu-tamunya untuk menggunakan pembersih tangan ini sebelum masuk ke dalam.
Di dalam rumah pun, aturan untuk menjaga jarak tetap diterapkan sebagaimana dianjurkan oleh pemerintah setempat.
Menurut Riska, ia sudah menyiapkan aneka makanan khas lebaran berupa lontong sayur, rendang, sambal goreng hati, opor ayam, telur balado, gulai telur dan bakso.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Salat Idul Fitri di rumah
Selain silaturahmi, ritual lebaran lainnya adalah melaksanakan salat Idul Fitri di masjid atau di lapangan, yang kali ini sulit dilakukan di Australia karena adanya pembatasan kegiatan keagamaan hingga 10 orang saja.Â
"Rencananya kami akan salat Idul Fitri di rumah sesuai dengan himbauan pemerintah. Semoga suami bisa siapkan khutbah juga," ujar Nila kepada ABC.
Wanita asal Sulawesi yang menikah dengan warga Australia Peter Lilly (Muaz) dan telah dikaruniai tiga orang anak ini selalu antusias menunggu lebaran karena sekaligus menjadi momen untuk mudik ke Indonesia.
"Tahun kemarin kami pulang ke Kendari," katanya.
Dengan adanya pembatasan COVID-19, keluarga ini mengaku sedih perayaan lebaran kali ini menjadi berbeda dan hanya dilakukan bersama keluarga masing-masing di dalam rumah.Â
Meski demikian, ia melihat sisi positif pembatasan COVID-19 karena Ramadan dan lebaran kali ini justru memperkuat ikatan antara anggota keluarganya.Â
Selain itu, selama Ramadan Nila saling mengirim makanan untuk berbuka puasa dengan kerabatnya.
"Keluarga yang di Indonesia juga merasakan tali silahturahmi semakin erat karena kami bisa saling mengirimkan hadiah dan doa untuk saling menguatkan," katanya.
Nila menambahkan bahwa rumahnya tetap terbuka menerima tamu namun dibatasi hingga lima orang saja.
"Karena hanya boleh maksimal lima orang sekali bertamu, kami hanya mengundang teman satu keluarga untuk datang ke rumah," ujarnya.
Ia mengatakan sudah menyiapkan menu khas Coto Makassar dan ketupat untuk tamu-tamunya tersebut.
Menu khas lebaran juga sudah disiapkan oleh keluarga Fadia dan Gani Wiriadi yang sejak tinggal di Australia sesekali mudik ke Indonesia untuk sungkeman dengan orang tua.
"Kepinginnya kumpul-kumpul sama teman-teman dan saudara, tapi masih situasi COVID begini jadi belum bisa kumpul banyak orang," kata Fadia.
Mantan vokalis band Bunglon ini menjelaskan keluarganya akan melaksanan salat Idul Fitri di rumah dan menunggu kedatangan beberapa orang tamu.
Selain lontong sayur, ketupat dan opor ayam, Fadia juga menyiapkan es buah, "untuk pengganti cairan tubuh yang hilang selama Ramadan ini," katanya.
Advertisement
Lebaran dengan Zoom
Adanya pembatasan sosial terkait COVID-19 justru membuat keluarga Ningsih Millane yang mengelola kelompok tari Sanggar Lestari di Melbourne akan melakukan silaturahmi Idul Fitri dengan fasilitas video call Zoom.Â
Ia mengatakan kondisi ini memang menyedihkan namun mereka justru merasa lebih reflektif sejak menggunakan Zoom untuk kegiatan buka puasa bersama selama Ramadan.Â
Setiap minggu, kata Yana, mereka saling bertemu secara online dan berbagi rasa syukur dalam menjalani masa-masa sulit selama pandemi COVID-19.
"Hal ini justru mendorong saya untuk menyapa keluarga dan teman-teman, memastikan semuanya baik-baik saja," katanya.
Ia menambahkan, para penari Sanggar Lestari diharapkan bisa datang untuk bersilaturahmi pada hari lebaran namun diatur agar tidak datang bersamaan.
"Jadi semua teman, khususnya yang tidak punya keluarga di sini, bisa tetap ikut merayakan lebaran," ujar Yana.