Liputan6.com, Kabul - Afghanistan telah mencatat peningkatan harian tertinggi dalam jumlah kasus Virus Corona COVID-19 walaupun pihak berwenang menyerukan "penguncian ketat" selama liburan Idul Fitri.
Kementerian Kesehatan Masyarakat negara itu mengatakan pada hari Sabtu, 782 kasus positif baru Virus Corona COVID-19 dicatat dalam 24 jam terakhir, sehingga menjadikan jumlah total orang yang terinfeksi menjadi hampir 10.000. Demikian seperti mengutip Al Jazeera, Minggu (24/5/2020).Â
Jumlah kasus secara nasional telah berlipat ganda hanya dalam 10 hari. Hal ini pun meningkatkan kekhawatiran akan wabah yang lebih luas di seluruh negeri.
Advertisement
Selain itu, Kementerian kesehatan Irak melaporkan 308 infeksi baru, lonjakan satu hari tertajam sejak akhir Februari. Setidaknya 4.200 kasus dan 152 kematian telah dilaporkan di negara tersebut.
Turki juga mengumumkan 32 kematian COVID-19 baru dan 1.186 infeksi dalam 24 jam terakhir, jumlah tertinggi minggu ini. Angka ini pun mendorong total kasus menjadi 55.686 dan kematian menjadi 4.308. Selain itu, kuncian akhir pekan Idul Fitri telah diberlakukan.
Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, lebih dari 5,3 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi Virus Corona COVID-19 hingga saat ini.
Dari angka tersebut, lebih dari 342.000 orang telah meninggal, sementara lebih dari dua juta lainnya telah pulih.
Â
Saksikan Juga Video Ini:
Kasus di Afghanistan Meningkat saat Libur Idul Fitri
Para pejabat kementerian kesehatan mengatakan Kabul, ibukota yang menjadi pusat virus dengan 377 kasus yang dilaporkan dalam 24 jam, akan dikunci selama liburan Idul Fitri akhir pekan ini dalam upaya untuk menahan penyebaran COVID-19, yang telah menewaskan 216 orang di negara itu.
"Akan ada pembatasan ketat pada gerakan yang tidak perlu di Kabul," kata kementerian dalam negeri.
"Semua jalan di Kabul ditutup selama Idul Fitri."
Pihak berwenang memberlakukan penguncian nasional setelah kasus pertama dilaporkan pada bulan Februari, tetapi sebagian besar orang tetap mengabaikan peraturan tersebut. Dokter memperingatkan bahwa banyak orang percaya virus itu tidak serius dan akan terus mengabaikan kuncian, terutama selama lebaran.
"Ketika Idul Fitri mendekat, banyak orang akan pergi ke luar rumah sehingga orang banyak berkumpul di toko-toko. Beberapa orang juga terus pergi ke toko-toko tanpa mengenakan masker dan sarung tangan," kata Dr Akmal Sahar,  seorang spesialis di rumah sakit pemerintah di Kabul.
Dokter dan pejabat memperingatkan bahwa jumlah kasus bisa berlipat ganda jika orang tidak tinggal di rumah selama liburan Idul Fitri, di mana orang secara tradisional mengunjungi rumah kerabat mereka masing-masing.Â
"Kami khawatir jika kuncian tidak diberlakukan dengan benar, jumlah kasus akan keluar dari kendali dan melampaui kapasitas kami untuk merawat atau mengujinya," kata Wakil Menteri Kesehatan Waheed Majroh. "Kami ingin kuncian yang ketat," katanya tepat sebelum Idul Fitri.
Sahar mencatat bahwa "tergantung pada orang untuk menjaga jarak sosial dan mengikuti pedoman kesehatan dan tetap tinggal di dalam rumah, karena jika kelalaian seperti itu terus berlanjut, jumlahnya akan berlipat dua dan tiga kali lipat dalam beberapa hari ke depan".
Sahar turut mengatakan bahwa sementara beberapa dari mereka yang terinfeksi di daerah terpencil datang ke kota untuk perawatan, hampir tidak mungkin untuk mencatat jumlah infeksi atau kematian di daerah terpencil. Ada bagian negara yang berada di bawah kendali kelompok Taliban, di mana sulit bagi pemerintah untuk mengakses data.Â
Dia mengatakan terbatasnya kapasitas pengujian virus corona baru merupakan tantangan utama di negara ini.
Hampir 30.000 orang telah diuji sejak negara dengan populasi sekitar 37 juta melaporkan kasus pertamanya. Lebih dari setengah sampel telah dites positif dalam dua hari terakhir.
Awal bulan ini, dua pejabat kesehatan senior mengatakas bahwa lebih dari sepertiga kasus Virus Corona COVID-19 yang dikonfirmasi di daerah Kabul menimpa para antara dokter dan staf kesehatan lainnya.
Kedua pejabat itu, yang meminta tidak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang membahas masalah itu di depan umum, mengatakan setidaknya 13 dokter telah meninggal di berbagai bagian negara itu bulan lalu dan pada minggu pertama bulan Mei.
Afghanistan memiliki sekitar 172 rumah sakit, dan empat dokter untuk setiap 10.000 orang, menurut laporan pemerintah tahun 2019.
Sistem perawatan kesehatan mereka pun bergantung pada bantuan donor asing.
Advertisement