Sukses

AS Kecewa Korut Putus Komunikasi dengan Korsel

AS meminta agar Korut kembali ke jalur diplomasi.

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Utara baru saja memutuskan jalur komunikasi dengan Korea Selatan. Korut kesal karena aktivis Korsel kerap menyebar leaflet anti-Korut di perbatasan.

Dilaporkan Yonhap, Rabu (10/6/2020), Amerika Serikat mengaku kecewa dengan keputusan Korut. Kementerian Luar Negeri meminta agar Korut kembali ke jalan diplomasi.

"Amerika Serikat selalu mendukung progres hubungan antar-Korea, dan kami kecewa pada aksi terbaru Republik Demokratik Korea Utara," ujar jubir Kemlu AS.

Korut mulai memutuskan komunikasi antar-Korea pada Selasa siang kemarin. Pihak Korsel mencoba menghubungi pihak Korut namun tidak direspons.

Jalur komunikasi militer sebelumnya masih beroperasi normal, tetapi kini juga ikut tidak direspons. Salah satu pejabat tinggi Korut yang mendukung pemutusan komunikasi adalah Kim Yo-jong, adik dari Kim Jong-un.

Kementerian unifikasi Korsel berkata pemerintah akan terus berusaha membuat usaha perdamaian di Semenanjung Korea.

Leaflet anti-Korea yang menjadi sumber permasalahan mengandung pesan anti-rezim Kim Jong-un. Aktivis juga turut menyematkan uang dan USB agar warga Korut tertarik mengambilnya.

Pemerintah Korsel menilai para aktivis sedang menjalankan hak kebebasan berbicara, namun kini sedang menyusun produk legislatif untuk melarang perbuatan itu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Korut Kesal

Pemerintah Korea Utara siap memutuskan segala komunikasi dengan Korea Selatan. Pemerintahan Kim Jong-un kesal karena tindakan Korsel yang memancing warga Korut untuk berkhianat.

Dilaporkan Channel News Asia, Korea Utara pertama akan memutuskan hotline antar-Korea. Setelah itu mereka akan memutuskan proyek-proyek lain seperti proyek pabrik di perbatasan. 

Pemutusan hotline antar-Korea akan diakhiri pada Selasa siang. Hotline antara kantor militer dan kantor presiden juga terdampak.

Kantor berita Yonhap mengungkap, jalur komunikasi militer antara Korut dan Korsel masih normal.

"Komunikasi (militer) masih beroperasi normal. Kita menelepon Korea Utara dua kali hari ini," ujar pihak Kementerian Pertahanan Korsel.

Peringatan pemutusan itu terjadi karena aktivis Korsel sering mengirimkan leaflet anti-Korut di sepanjang perbatasan. Pejabat top Korut meminta aksi tersebut berhenti.

Pejabat berpengaruh seperti Kim Yo-jong, adik Chairman Kim, juga ikut memberi ancaman akan memutuskan jalur komunikasi.

Media negara Korut KCNA menyebut kampanye leaflet itu sebagai taktik licik dan menuding pemerintah Korsel tidak bertanggung jawab atas aksi penyebaran leaflet itu.