Liputan6.com, Pyongyang - Hubungan antara Korea Utara dan Amerika Serikat kembali mendingin. Korut menyindir janji kosong dari hubungan antar dua negara itu.
Dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (13/6/2020), kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) mengatakan Korea Utara tidak melihat manfaat mempertahankan hubungan pribadi antara Kim Jong-un dan Donald Trump jika Amerika terus menjalakan kebijakan yang bermusuhan.
Advertisement
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Ri Son Gwon dalam pernyataan yang diterbitkan oleh KCNA mengatakan Kebijakan-kebijakan Amerika membuktikan bahwa Amerika tetap merupakan ancaman jangka panjang bagi Korut dan rakyatnya.
Ri Son Gwon mengatakan pemerintahan Trump tampaknya hanya ingin mendapat kemenangan politik sambil terus berusaha mengucilkan dan mencekik Korut, serta mengancam akan melancarkan serangan nuklir dan mengubah pimpinan di negara itu.
"Kami tidak akan memberi pemimpin Amerika itu kesempatan untuk mengumumkan kemenangannya tanpa kami mendapat imbalan apapun. Tidak ada tindakan yang lebih hipokrit daripada janji-janji kosong," kata Ri Son Gwon.
Jumat ini menandai peringatan tahun kedua pertemuan puncak pertama antara kedua pemimpin itu.
Pertemuan puncak antara Kim dan Trump pada Juni 2018 merupakan pertama kalinya presiden Amerika bertemu dengan pemimpin Korea Utara. Namun pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan hanya menyebut janji-janji yang tidak dirinci.
Pertemuan puncak kedua diadakan pada Februari di Hanoi tidak mencapai hasil apapun, karena Amerika minta supaya Korea Utara sepenuhnya menghentikan program senjata nuklirnya. Di sisi lain, Korut menuntut diakhirinya sanksi-sanksi yang dilancarkan Amerika.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
AS Kecewa Korut Putus Komunikasi dengan Korsel
Pemerintah Korea Utara pekan ini memutuskan jalur komunikasi dengan Korea Selatan. Korut kesal karena aktivis Korsel kerap menyebar leaflet anti-Korut di perbatasan.
Dilaporkan Yonhap, Amerika Serikat mengaku kecewa dengan keputusan Korut. Kementerian Luar Negeri meminta agar Korut kembali ke jalan diplomasi.
"Amerika Serikat selalu mendukung progres hubungan antar-Korea, dan kami kecewa pada aksi terbaru Republik Demokratik Korea Utara," ujar jubir Kemlu AS.
Korut mulai memutuskan komunikasi antar-Korea pada Selasa siang kemarin. Pihak Korsel mencoba menghubungi pihak Korut namun tidak direspons.
Jalur komunikasi militer sebelumnya masih beroperasi normal, tetapi kini juga ikut tidak direspons. Salah satu pejabat tinggi Korut yang mendukung pemutusan komunikasi adalah Kim Yo-jong, adik dari Kim Jong-un.
Kementerian unifikasi Korsel berkata pemerintah akan terus berusaha membuat usaha perdamaian di Semenanjung Korea.
Leaflet anti-Korea yang menjadi sumber permasalahan mengandung pesan anti-rezim Kim Jong-un. Aktivis juga turut menyematkan uang dan USB agar warga Korut tertarik mengambilnya.
Pemerintah Korsel menilai para aktivis sedang menjalankan hak kebebasan berbicara, namun kini sedang menyusun produk legislatif untuk melarang perbuatan itu.
Advertisement