Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 13 Juni adalah Hari Albinisme Internasional, yang dirayakan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik atas albinisme atau kondisi albino pada seseorang.
Pada tahun ini, PBB mengangkat tema "Made to Shine". Tema itu dipilih untuk merayakan pencapaian dan keberhasilan orang-orang dengan albinisme di seluruh dunia. Ini juga panggilan untuk berdiri dalam solidaritas dengan orang-orang dengan albinisme melalui tantangan mereka, demikian seperti dikutip dari UN.org, Sabtu (13/6/2020).
Dalam waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, orang-orang dengan albinisme terus menderita semua jenis pelanggaran HAM. Baru-baru ini, di beberapa negara, mereka dicap "Corona" atau "COVID-19" dalam upaya untuk mengkambinghitamkan mereka untuk pandemi.
Advertisement
Pembunuhan, serangan, intimidasi, stigma yang tidak manusiawi dan diskriminasi juga terus berlanjut terhadap orang-orang dengan albinisme.
"Namun pada hari ini, kita diingatkan bahwa terlepas dari praktik-praktik mengerikan ini, orang-orang dengan albinisme terus menentang peluang, mengatasi rintangan dan menghadapi ketidakadilan dengan ketahanan. Saat ini, kami berdiri bersama dengan orang-orang dengan albinisme di seluruh dunia dalam perjuangan mereka untuk menjalani kehidupan yang bebas dari stigma, diskriminasi, ketakutan, dan kekerasan. Dunia tempat mereka dibuat bersinar," kata PBB dalam keterangannya.
Simak video pilihan berikut:
Kekerasan dan Diskriminasi Terhadap Orang Albino
Albinisme (merujuk pada kondisi albino) pada saat kelahiran albino sendiri bukanlah sesuatu yang menular. Dalam kebanyakan kasus, orang yang memiliki albino memiliki gen dari kedua orang tuanya. Orang tua dari anak albino tidak selalu seorang albino, bisa saja mereka juga merupakan karier dari albino. Kebanyakan orang yang memiliki albino ini memiliki sedikit pigmen (melanin) pada kulit, rambut dan mata mereka. Sehingga, mereka menjadi seorang yang sensitif terhadap matahari, terkadang orang-orang albino memiliki gangguan pengelihatanan.Â
Di Amerika dan Eropa, satu dari setiap 17,000 hingga 20,000 memiliki albino. Keadaan ini semakin sering ditemukan di Sahara Afrika, dimana 1 dan 1,400 orang memiliki albino, terutama di daerah Tanzania. Dan setidaknya 1 dari 1,000 orang di Zimbabwe, dan daerah etnik Afrika lainnya, juga memiliki keadaan serupa.
PBB sendiri telah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghentikan diskriminasi dan penyerangan terhadap orang-orang albino. Selain itu, dalam menanggapi panggilan dari organisasi masyarakat sipil yang mengadvokasi untuk mempertimbangkan orang-orang dengan albinisme sebagai kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan perhatian khusus, Dewan menciptakan mandat dari Pakar Independen tentang penikmatan hak asasi manusia oleh orang-orang dengan albinisme. Pada Juni 2015, Dewan Hak Asasi Manusia mengangkat Ms. Ikponwosa Ero sebagai Ahli Independen pertama tentang penikmatan hak asasi manusia oleh orang-orang dengan albinisme, seperti yang dikutip dari UN.org.
Sementara itu, banyak orang-orang albino yang mengalami kekerasan dan diskriminasi di Afrika. Alasan utama mengapa orang albino didiskriminasi di Afrika adalah mereka memiliki pigmentasi yang berebeda, karena rata-rata orang di daerah Afrika didominasi oleh orang-orang yang berkulit gelap. Dalam dekade terakhir dilaporkan pembunuhan terhadap orang-orang albino di Afrika, hal ini karena masih banyak kepercayaan setempat yang percaya terhadap dukun.
Di berbagai bagian negara di Asia, dan Amerika, orang-orang yang memiliki kulit albino mengalami penolakan, dan bully dari teman atau keluarga mereka. Tema dari Hari Internasional Albino 2020 adalah "Made To Shine" yang dibuat untuk merayakan kesuksesan orang-orang albino di industri global. Di berbagai daerah sendiri telah menjadikan orang-orang albino sebagai kambing hitam. Namun PBB telah menyiapkan web binar online untuk membahas Hari International Albino bersama di situs Facebook mereka.Â
Â
Reporter: Yohana Belinda
Advertisement