Liputan6.com, Brasilia - Menteri Pendidikan Brasil didenda karena tidak mengenakan masker di sebuah rapat umum untuk Presiden Jair Bolsonaro. Ia berulang kali mencemooh penggunaan masker pada berbagai kesempatan publik Brasilia di tengah pandemi Virus Corona COVID-19.
Abraham Weintraub, salah satu menteri Brasil paling kontroversial presiden sayap kanan itu, muncul pada rapat umum yang diselenggarakan oleh pendukung Bolsonaro, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (16/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Dia berjabat tangan dan berpose serta berfoto dengan demonstran -- banyak dari mereka juga pergi tanpa masker yang telah wajib digunakan di depan umum sejak April.
"Ia harus diberi denda 2.000 real (US$ 385) atau sekitar Rp 5,4Â juta dari pemerintah distrik Brasilia, karena di depan umum tanpa menggunakan masker pelindung," menurut media Brasil.
Weintraub mengatakan di Twitter, dia belum diberitahu tentang denda tersebut.
"Mereka berusaha membungkamku dengan cara apa pun," katanya.
Bolsonaro, yang menyamakan Virus Corona baru dengan "flu kecil" dan mengutuk "histeria" di sekitarnya, juga secara teratur pergi tanpa masker pada aksi demonstrasi akhir pekan lalu oleh para pendukungnya, meskipun ia belum didenda sejauh ini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Kontroversi Lain
Weintraub telah berulang kali terlibat dalam kontroversi, mulai dari membuat komentar anti-China yang secara luas dianggap rasis, salah mengeja kata-kata dalam dokumen resmi dan di Twitter, dan baru-baru ini mengatakan hakim Mahkamah Agung adalah "penjahat" dan harus "dijebloskan ke penjara."
Dia menyinggung komentar itu pada Minggu kemarin dengan mengatakan kepada demonstran: "Saya sudah mengatakan bagian saya tentang apa yang akan saya lakukan dengan para penjahat itu."
Ketika Virus Corona melonjak di Brasil, yang sekarang memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, ketegangan telah meningkat antara Bolsonaro dan otoritas negara bagian dan cabang pemerintahan legislatif dan yudisial.
Pemerintah Brasilia telah melarang demonstrasi akhir pekan lalu dengan alasan memerangi penyebaran Virus Corona.
Pada Sabtu kemarin, setelah polisi membubarkan sebuah kamp protes oleh satu kelompok pendukung Bolsonaro garis keras, para aktivis mencoba menyerbu gedung Mahkamah Agung, kemudian menembakkan kembang api ke sana.
Pada Senin kemarin, pihak berwenang menangkap enam aktivis sayap kanan karena "tindakan anti-demokrasi." Penangkapan diperintahkan oleh Hakim Agung Alexandre de Moraes.
Ketua Pengadilan Jose Antonio Dias Toffoli menyebut tembakan kembang api di Mahkamah Agung sebagai "serangan" dan mengatakan dalam sebuah pernyataan ia tidak akan menerima ancaman terhadap pengadilan.
Advertisement