Sukses

Laporan UNHCR Ungkap Ratusan Ribu Pengungsi Suriah dalam Kesulitan Akibat Corona

Lima negara, Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, dan Turki menampung lebih dari lima setengah juta warga Suriah, kelompok pengungsi terbesar di dunia.

Liputan6.com, Marjayoun - Badan pengungsi PBB, UNHCR melaporkan ratusan ribu pengungsi Suriah di negara-negara tetangga yang memberi suaka, dalam kesulitan karena kemerosotan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Lima negara, Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, dan Turki menampung lebih dari lima setengah juta warga Suriah, kelompok pengungsi terbesar di dunia.

Banyak pengungsi hidup di bawah garis kemiskinan dan kesulitan mencari nafkah, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (18/6/2020).

Badan pengungsi PBB melaporkan semakin banyak pengungsi kehilangan penghasilan kecilnya karena kemerosotan ekonomi yang disebabkan pandemi COVID-19, yang memaksa mereka mengambil langkah drastis untuk bertahan hidup.

Juru bicara UNHCR, Andrej Mahecic, mengatakan kepada VOA, rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak yang tidak didampingi atau dipisahkan dari orangtua mereka, penyandang cacat dan lanjut usia sangat rentan.

"Risiko dieksploitasi dan dilecehkan bagi orang-orang dalam situasi seperti itu sangat serius. Kami sangat prihatin tentang itu. Kami memiliki bukti bahwa orang-orang mencoba untuk tidak makan pada waktu makan, sehingga bisa bertahan lebih lama. Mereka mungkin tidak minum obat, segala upaya dilakukan untuk berhemat," ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Pengungsi Terbebani Utang

UNHCR melaporkan, sembilan dari sepuluh pengungsi Suriah di wilayah itu tinggal di kota atau desa dan tidak di kamp. Mahecic mengatakan, sebagian besar tinggal di daerah berpenghasilan rendah di mana mereka bersaing dengan penduduk setempat untuk mendapat pekerjaan dengan keterampilan rendah.

Juru bicara UNHCR, Andrej Mahecic menambahkan, "Rumah-rumah tangga pengungsi terbebani utang tambahan dan mereka tidak mampu membayar sewa lagi. Risiko-risiko perlindungan serius juga meningkat, termasuk risiko pekerja anak-anak, kekerasan berdasar gender, pernikahan dini dan bentuk-bentuk eksploitasi lainnya."

Selain keluarga yang sudah diketahui rentan, Mahecic mengatakan dampak pandemi membuat 200.000 pengungsi lainnya memerlukan bantuan darurat. Ia mengatakan UNHCR menyediakan uang tunai darurat untuk mendukung beban pengungsi tambahan di lima negara suaka.