Sukses

Donald Trump Tegaskan AS Tak Bisa Lagi Tutup Perekonomian karena Corona COVID-19

Komentar Donald Trump muncul setelah penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memberikan pandangannya pada presiden AS tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan tidak akan melakukan penutupan ekonomi kembali meski situasi pandemi Corona COVID-19 masih tinggi.

Komentar Donald Trump muncul setelah penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memberikan pandangannya pada presiden AS tersebut.

Restoran, gimnasium, sekolah, dan lokasi lainnya yang ditutup pada Maret, bersiap untuk buka kembali.

Akibat Virus Corona COVID-19, sejauh ini telah membuat 2,16 juta orang Amerika sakit dan menewaskan hampir 118.000 orang.

Jutaan orang Amerika juga menganggur akibat pandemi, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (18/6/2020).

Trump sebelumnya menggembar-gemborkan kekuatan ekonomi, menjadikannya senjata bagi pemilihan ulang pada November.

Sementara itu, ada pemberitaan yang menyebut Donald Trump memohon bantuan kepada pemimpin China Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan kembali pada tahun 2020 di November mendatang. Hal ini ditulis oleh seorang mantan penasihat keamanan nasional presiden AS John Bolton dalam sebuah buku barunya.

Dalam kritik pedas yang dituntut Gedung Putih untuk diblokir, Bolton menuduh bahwa fokus Donald Trump dalam memenangkan masa jabatan kedua adalah prinsip pendorong kebijakan luar negerinya dan bahwa para pembantu utama secara rutin meremehkan pemimpin Republik itu karena ketidaktahuannya akan fakta-fakta geopolitik dasar.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Bahas Soal Uighur

Dalam kutipan yang diterbitkan oleh The Washington Post, The New York Times, dan The Wall Street Journal, Bolton juga mengklaim Trump berulang kali menunjukkan kesiapan untuk mengabaikan pelanggaran hak-hak orang China.

Bahkan, yang paling mengejutkan bahwa Trump mengatakan kepada Xi bahwa penawanan massal Muslim Uighur adalah "hal yang tepat untuk dilakukan."

"Saya kesulitan mengidentifikasi keputusan Trump yang signifikan selama masa jabatan di Gedung Putih. Saya yang tidak didorong oleh perhitungan pemilihan ulang," tulis Bolton tentang raja real estat yang berubah menjadi presiden, yang dimakzulkan pada Desember lalu karena masalah dengan Ukraina.

Dalam pertemuan penting dengan Xi pada bulan Juni lalu, Trump "dengan menakjubkan mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS, menyinggung kemampuan ekonomi China untuk mempengaruhi kampanye yang sedang berlangsung, memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," klaim Bolton dalam tulisannya.