Sukses

Pidato Perpisahan Menteri Unifikasi Korea: Kebencian Tak Bisa Dikalahkan Kebencian

Kim Yeong-chul mundur dari posisi Menteri Unifikasi Korea. Ia berharap tak ada lagi kebencian.

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menerima penguduran diri Kim Yeon-chul sebagai Menteri Unifikasi. Kim mundur setelah insiden peledakan kantor komunikasi antara-Korea pada pekan ini.

Dilansir Yonhap, Jumat (19/6/2020), Kim Yeong-chul memberikan pidato perpisahan yang menekankan bahwa "kebencian tak bisa dikalahkan dengan kebencian."

Kim Yeon-chul juga meminta agar hubungan dua Korea tidak terus memburuk dan kembali ke tahap rekonsiliasi. Ia tidak ingin ada luka baru.

"Ada banyak luka yang harus disembukan di antara dua Korea. Pada situasi ini, menambahkan luka baru akan membuat usaha untuk menyembukan semakin sulit," ujar Kim.

Ia pun berharap kepergiannya bisa membuka kesempatan agar konflik terkini bisa berhenti.

Kim Yeong-chul adalah seorang akademisi ya menjabat sebagai menteri unifikasi sejak tahun lalu. Ia dikenal sebagai sosok yang outgoing.

Setelah kepergian Kim, Wakil Menteri Unifikasi Suh Ho diperkirakan akan menjadi pelaksana tugas.

Terkait pengganti Kim Yeoung-chul, pengamat memperkirakan Presiden Moon akan memilih politikus. Pilihan lainnya adalah Im Jong-seok yang pernah menjabat sebagai ketua staf di Gedung Biru (Cheong Wa Dae).

Im Jong-seok baru keluar dari politik sejak tahun lalu. Ia ingin fokus mendukung persatuan dua Korea lewat jalur sipil.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Menlu Retno Tekankan Pentingnya Stabilitas Perdamaian di Semenanjung Korea

Sementara itu, Menlu Retno Marsudi menekankan pentingnya stabilitas perdamaian di Semenanjung Korea memanasnya hubungan dua Korea dalam waktu belakangan.

"Indonesia menekankan pentingnya stabilitas perdamaian dan kesejahteraan di Semenanjung Korea," ujar Menlu Retno Marsudi dalam press brefing di Istana Presiden yang disiarkan secara streaming pada Kamis, 18 Juni 2020.

Meningkatnya suhu politik di kedua belah pihak setelah adik pemimpin Korea Utara memperingatkan Korea Selatan, agar mencegah pembelot mengirim selebaran ke zona demiliterisasi (DMZ) yang memisah kedua negara. 

Ia mengatakan pihaknya akan membatalkan perjanjian militer bilateral baru-baru ini jika kegiatan itu berlanjut.

Selain itu, Korea Utara juga meledakan kantor komunikasi gabungan antar-Korea di daerah perbatasan. Peledakan terjadi pada 16 Juni kemarin pukul 14.50 waktu setempat.

Media Korea Selatan, Yonhap, melaporkan bahwa saksi mendengar suara ledakan dan melihat kepulan asap di perbatasan.

Rezim Kim Jong-un sedang marah atas aksi aktivis-aktivis di Korsel yang mengirimkan selebaran berisi kritikan ke rezim Kim Jong-un. Pengkhianat dari Korut terlibat dalam aksi tersebut.

Para "pengkhianat" itu adalah orang-orang yang berhasil kabur dari rezim totaliter Korut.

Media Korut, KCNA, menegaskan bahwa peledakan itu sebagai balasan atas aksi para "pengkhianat" yang berada di Korsel.

"(Hal ini) memaksa para sampah itu dan pihak yang melindungi sampah itu agar membayar kejahatan-kejahatan mereka," tulis KCNA.