Liputan6.com, Jakarta- Perusahaan AS Quaker Oats telah mengumumkan akan mengganti nama merek dari sirup dan bahan makanan Aunt Jemima.
Perusahaan tersebut pun mengakui bahwa merek itu memiliki sejarah yang didasarkan pada stereotip ras.
Dikutip dari BBC, Jumat (19/6/2020), logo merek tersebut, selama lebih dari 130 tahun, menampilkan seorang wanita kulit hitam yang dinamai dari karakter pertunjukan penyanyi di tahun 1800-an, yang mengejek orang keturunan Afrika-Amerika.
Advertisement
Pembaruan branding sebelumnya untuk mengatasi masalah ini juga "tidak cukup," menurut Quaker Oats. Namun kritik terhadap merek tersebut telah datang kembali, di tengah perdebatan nasional tentang rasisme yang dipicu oleh kematian pria keturunan Afrika-Amerika di AS, George Floyd.
Kendati demikian, perusahaan tersebut sedang bekerja "untuk membuat kemajuan menuju kesetaraan ras melalui beberapa inisiatif," kata Kristin Kroepfl, Ketua Marketing Quaker Foods Amerika Utara.
Selain itu, Kroepfl juga menjelaskan, "Kami juga harus memperhatikan portofolio merek kami dan memastikan mereka mencerminkan nilai-nilai kami dan memenuhi harapan konsumen kami," seraya menambahkan bahwa asal-usul Aunt Jemima adalah "berdasarkan stereotip ras."
"Kami mulai dengan menghapus gambar dan mengubah nama," kata Kroepfl.
Sementara untuk perubahan yang akan datang, Quaker belum menawarkan rincian lebih lanjut, yang pertama kali dilaporkan oleh NBC News.
Menurut perusahan induknya, PepsiCo, untuk mendukung komunitas Afrika- Amerika, Aunt Jemima akan menyumbang setidaknya $5 juta (Rp. 71 miliar) selama lima tahun ke depan.
Simak video pilihan berikut:
Penggambaran Rasisme Dalam Tampilan Produk
Gambar seorang perempuan kulit hitam sering dikaitkan dengan stereotip di sekitar perbudakan, yang ditampilkan dalam produk sirup dan bahan makanan Aunt Jemima.
Profesor sastra Afrika-Amerika Cornell University, Riché Richardson, dalam sebuah opini untuk New York Times di tahun 2015, menggambarkan Aunt Jemima sebagai "hasil nostalgia dan romansa perkebunan Selatan."
Merek itu mengabadikan gagasan tentang karakter "mami," yang berperan sebagai istilah seorang perempuan kulit hitam yang patuh, dan mengasuh anak-anak tuan kulit putihnya, kata Prof Richardson.
Situs perusahaan mengatakan Logo Aunt Jemima didasarkan pada pendongeng, juru masak, dan misionaris Nancy Green di tahun 1889. Sementara menurut database non-profit African American Registry, nyonya Green dilahirkan sebagai budak di Kentucky pada tahun 1834.
Protes global dan perdebatan baru tentang rasisme di AS, yang dipicu oleh pembunuhan yang dilakukan polisi baru-baru ini terhadap George Floyd dan warga keturunan Afrika-Amerika lainnya, membuat Aunt Jemima bergabung dengan sejumlah perusahaan lainnya mempertimbangkan perubahan sehubungan dengan protes tersebut.
Selain Aunt Jemima, pertimbangan kemungkinan perubahan lain juga datang pada branding beras Uncle Ben's nya, kata perusahaan untuk merek tersebut, Mars Inc.
Brand beras Uncle Ben's diketahui memasuki pasar pada tahun 1940-an.
Di wilayah selatan negara bagian AS, "Uncle" dan "Aunt" digunakan untuk merujuk pada orang keturunan kulit hitam, daripada "Miss" atau "Mister" yang lebih formal.
Mars Inc menulis, "sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan merek Paman Ben, termasuk identitas merek visualnya, yang akan kita lakukan,” dalam sebuah pernyataan di situs webnya. Namun, pernyataan itu dilaporkan tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Advertisement