Sukses

Remaja TikTok dan Fans K-Pop Diduga Sabotase Kampanye Pilpres Donald Trump

Kampanye Presiden AS Donald Trump pada akhir pekan lalu tampak sepi. Padahal, peminatnya banyak. Ternyata itu sabotase remaja TikTok?

Liputan6.com, Tulsa - Kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump terpantau sepi di Tulsa, Oklahoma. Padahal, tim Trump memprediksi pengunjung bakal membludak karena pendaftar mencapai sejuta orang. 

Ternyata, para pendaftar itu diduga para remaja TikTok dan fans K-Pop yang melakukan trolling ke kampanye Trump. 

Dilansir VOA Indonesia, Senin (22/6/2020), para pengguna media sosial di platform berbeda, termasuk TikTok, mengklaim dalam sejumlah pesan dan video bahwa mereka telah mendaftar untuk mendapatkan tiket gratis acara pawai politik itu tanpa niat untuk benar-benar datang.

Menjelang acara itu, manajer tim kampanye Presiden Trump, Brad Parscale, mengatakan lebih dari satu juta permintaan tiket gratis untuk datang ke acara itu. Namun demikian, banyak tempat duduk kosong di venue berkapasitas 19 ribu tempat duduk itu.

Anggota DPR dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, menanggapi hal itu dengan mencuit pernyataan Parscale yang menyalahkan media karena menyurutkan niat warga yang ingin hadir ke kampanye dan menyalahkan perilaku buruk para demonstran di luar arena.

"Sebenarnya Anda baru saja diguncang oleh para remaja di TikTok yang membanjiri kampanye Trump lewat pemesanan tiket palsu dan menipu Anda agar percaya bahwa satu juta orang ingin membanjiri arena untuk menyimak pidato supremasi kulit putih saat pandemi Covid," ujar politisi yang akrab disapa AOC itu.

Ditambahkannya, "para pendukung K-Pop, kami mengetahui dan mendukung kontribusi Anda semua dalam perjuangan demi keadilan."

Presiden Trump dan Wakil Presiden Mike Pence membatalkan pidato yang diperkirakan akan dilangsungkan di hadapan kerumunan yang "membludak."  Tim kampanye Donald Trump mengatakan mereka yang masuk ke arena itu berdasarkan "siapa yang datang duluan" dan tidak ada satu orang pun pendaftar mendapat tiket sungguhan.

"Kelompok kiri selalu membodohi diri mereka dengan merasa bahwa mereka lebih cerdas. Mendaftar untuk mengikuti kampanye berarti hanya RSVP lewat nomor telepon," ujar juru bicara tim kampanye Trump, Tim Murtaugh. 

"Tetapi kami berterima kasih atas informasi tentang informasi kontak mereka," lanjut Murtaugh.

Beberapa orang tua di media sosial berkata anak mereka turut ikut "mendaftar" untuk ikut kampanye Donald Trump. 

"Putri saya yang berusia 16 tahun dan teman-teman mereka di Park City Utah memiliki ratusan tiket. Anda telah dikibuli oleh para remaja Amerika," cuit mantan pakar strategi Partai Republik Steve Schmidt. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Trump Sempat Ledek Kampanye Joe Biden yang Sepi

Pandemi Virus Corona (COVID-19) terjadi menjelang pilpres 2020 di Amerika Serikat antara Donald Trump dan Joe biden. Tim kampanye lantas harus bermanuver demi bertemu pendukung mereka, sebab keramaian bisa memancing penularan virus ini.

Capres dari Partai Demokrat Joe Biden melaksanakan kampanye dengan sepi. Para pendukungnya harus duduk dengan menerapkan physical distancing di bangku yang tersedia.

Donald Trump turut meretweet cuitannya itu.

Tim kampanye Donald Trump sendiri akan melaksanakan reli kampanye besar meski ada ancaman Virus Corona. Trump meledek Biden beberapa harus sebelum kampanye di Tulsa.

Terkait corona, kubu Donald Trump berdalih kemarin ada demo besar-besaran yang terjadi. Kubu Trump lantas mempertanyakan standar ganda mengapa giliran kampanye dilarang.

"Mengapa ada standar ganda?" tanya anggota DPR Jim Jordan dari Partai Republik. Ucapannya diretweet Presiden Trump.

Presiden Trump juga mengkritik media kiri jauh (far left) yang ia anggap mencoba mempermalukan peserta kampanye pilpres, tetapi tidak mempermasalahkan kerusuhan beberapa minggu lalu.

"Media Berita Palsu Kiri Jauh, yang tak membahas masalah Covid dengan para Perusuh dan Penjarah yang menghancurkan kota-kota yang diperintah Partai Demokrat, sedang mencoba mempermalukan Reli besar kita dengan Covid. Tak akan berhasil!" ujar Donald Trump.