Liputan6.com, Washington, D.C. - Pandemi Virus Corona (COVID-19) membuat Amerika Serikat mempertimbangkan mencoblos lewat surat suara ketika pilpres November mendatang. Namun, cara itu ditentang karena khawatir ada kecurangan terjadi kecurangan.
Pencoblosan lewat surat (mail-in ballot) dilakukan dengan cara mengirim surat suara ke alamat pemilih, kemudian dikirimkan lagi ke lokasi panitia pencoblosan.
Kubu yang menentang adalah pendukung calon petahana: Presiden AS Donald Trump. Dan penentangan itu ikut digaungkan oleh Trump. Ia yakin pilpres 2020 akan diwarnai kecurangan jika pencoblosan suara melalui surat yang diproduksi negara asing.
Advertisement
Baca Juga
"Pemilu 2020 curang: Jutaan mail-in ballots akan dicetak oleh negara-negara asing dan berbagai pihak lainnya. Ini akan menjadi skandal zaman kita!" ujar Donald Trump via Twitter, Selasa (23/6/2020).
RIGGED 2020 ELECTION: MILLIONS OF MAIL-IN BALLOTS WILL BE PRINTED BY FOREIGN COUNTRIES, AND OTHERS. IT WILL BE THE SCANDAL OF OUR TIMES!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 22, 2020
Bulan lalu, Donald Trump juga berkata pencoblosan lewat surat pasti akan mengakibatkan kecurangan. Ia menyebut kotak surat bisa dicuri, pencoblosan akan dipalsukan, serta akan ada pihak yang mencetak surat suara secara ilegal.
Beberapa pengamat berkata Donald Trump ucapan pencoblosan lewat surat tidak sepenuhnya tepat.
Sementara itu, pihak Capres Joe Biden dari Partai Demokrat justru berharap sebaliknya, agar pencoblosan via surat di pilpres 2020 boleh dilakukan.
Pencoblosan lewat surat bukan hal baru di AS. Namun, pencoblosan via surat saat pilpres dalam skala nasional tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Remaja TikTok dan Fans K-Pop Diduga Sabotase Kampanye Pilpres Donald Trump
Kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump terpantau sepi di Tulsa, Oklahoma. Padahal, tim Trump memprediksi pengunjung bakal membludak karena pendaftar mencapai sejuta orang.Â
Ternyata, para pendaftar itu diduga para remaja TikTok dan fans K-Pop yang melakukan trolling ke kampanye Trump.Â
Dilansir VOA Indonesia, para pengguna media sosial di platform berbeda, termasuk TikTok, mengklaim dalam sejumlah pesan dan video bahwa mereka telah mendaftar untuk mendapatkan tiket gratis acara pawai politik itu tanpa niat untuk benar-benar datang.
Menjelang acara itu, manajer tim kampanye Presiden Trump, Brad Parscale, mengatakan lebih dari satu juta permintaan tiket gratis untuk datang ke acara itu. Namun demikian, banyak tempat duduk kosong di venue berkapasitas 19 ribu tempat duduk itu.
Anggota DPR dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, menanggapi hal itu dengan mencuit pernyataan Parscale yang menyalahkan media karena menyurutkan niat warga yang ingin hadir ke kampanye dan menyalahkan perilaku buruk para demonstran di luar arena.
"Sebenarnya Anda baru saja diguncang oleh para remaja di TikTok yang membanjiri kampanye Trump lewat pemesanan tiket palsu dan menipu Anda agar percaya bahwa satu juta orang ingin membanjiri arena untuk menyimak pidato supremasi kulit putih saat pandemi COVID-19," ujar politisi yang akrab disapa AOC itu.
Ditambahkannya, "para pendukung K-Pop, kami mengetahui dan mendukung kontribusi Anda semua dalam perjuangan demi keadilan."
Presiden Trump dan Wakil Presiden Mike Pence membatalkan pidato yang diperkirakan akan dilangsungkan di hadapan kerumunan yang "membludak." Tim kampanye Donald Trump mengatakan mereka yang masuk ke arena itu berdasarkan "siapa yang datang duluan" dan tidak ada satu orang pun pendaftar mendapat tiket sungguhan.
"Kelompok kiri selalu membodohi diri mereka dengan merasa bahwa mereka lebih cerdas. Mendaftar untuk mengikuti kampanye berarti hanya RSVP lewat nomor telepon," ujar juru bicara tim kampanye Trump, Tim Murtaugh.Â
"Tetapi kami berterima kasih atas informasi tentang informasi kontak mereka," lanjut Murtaugh.
Beberapa orang tua di media sosial berkata anak mereka turut ikut "mendaftar" untuk ikut kampanye Donald Trump.Â
"Putri saya yang berusia 16 tahun dan teman-teman mereka di Park City Utah memiliki ratusan tiket. Anda telah dikibuli oleh para remaja Amerika," cuit mantan pakar strategi Partai Republik Steve Schmidt.Â
Advertisement