Liputan6.com, Washington, D.C. - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat merilis dokumen yang berisi daftar perusahaan China yang dikendalikan militer. Huawei disebut sebagai salah satunya.
Saat ini, Huawei adalah vendor smartphone terbesar di dunia mengalahkan Samsung dan Apple. Huawei juga masih memimpin dalam pengembangan 5G.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir CNBC, Kamis (25/6/2020), Kementerian Pertahanan memiliki kewenangan hukum untuk membuat daftar perusahaan-perusahaan militer China yang beroperasi di AS. Hal itu termasuk merinci perusahaan yang dikontrol militer.
Sebelumnya, Partai Republik maupun Partai Demokrat kompak meminta Menteri Pertahanan Mark Esper untuk merilis daftar perusahaan China tersebut.Â
Tudingan negatif pemerintah AS ke Huawei bukanlah hal yang baru, sebab intelijen AS dan senator sudah lama sering menyerang Huawei.
Tidak ada penalti bagi perusahaan yang masuk daftar tersebut, tetapi ini membuka jalan bagi presiden AS untuk memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan yang masuk daftar, termasuk memblokir semua properti yang mereka punya.
Perusahaan China lain yang masuk daftar adalah Hikvision yang berada di bidang kamera pengintai, China Mobile Communications Group, China Telecommunications Corp, serta Aviation Industry Corp of China.
Pihak Huawei belum buka suara mengenai hal ini. Sementara, Hikvision menolak mentah-mentah tudingan AS yang dianggap tidak berdasar.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Peringatan Bagi Warga AS
Gedung Putih belum angkat suara terkait apakah perusahaan di daftar itu akan diberikan sanksi. Akan tetapi, pejabat senior pemerintahan Trump berkata daftar itu bisa menjadi alat bagi AS.
Senator Partai Republik Marco Rubio menyebut daftar ini bisa memperingatkan warga AS mengenai bahaya perusahaan China.
"(Daftar) ini untuk memperingatkan rakyat Amerika mengenai perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan dikontrol untuk mendukung pemerintah China dan aktivitas-aktivitas Partai Komunis yang mengancam ekonomi dan keamanan nasional AS," ujar Marco Rubio.
AS dan China saat ini masih berada di tengah perang dagang. Presiden AS Donald Trump peka ini berkata masih membuka pintu untuk membuat perjanjian dagang dengan China.
Advertisement