Liputan6.com, Jakarta - RUU Hak Sipil merupakan salah satu bagian terpenting dari undang-undang dalam sejarah Amerika Serikat. Pada 2 Juni 1962, UU itu telah menjadi hukum.
Presiden AS Lyndon B Johnson menandatangani undang-undang yang menciptakan hak yang sama dalam pemungutan suara, pendidikan, akomodasi publik, keanggotaan serikat pekerja dan dalam program-program yang dibantu oleh pemerintah federal -- terlepas dari ras, warna kulit, agama atau asal kebangsaan.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari laman BBC on this Day, Kamis (2/7/2020), RUU itu telah menimbulkan banyak kontroversi sejak diperkenalkan tahun sebelumnya oleh Presiden John F Kennedy.
UU ditandatangani di Gedung Putih lima jam setelah DPR meloloskannya dengan 289 hingga 126 suara.
Setelah penandatanganan, Presiden Johnson berjabat tangan dengan pemimpin hak sipil Dr Martin Luther King.
Dalam sebuah pidato televisi kepada negara itu, ia meminta warga AS untuk "menghilangkan sisa-sisa ketidakadilan terakhir di Amerika".
"Mari kita tutup semua," katanya.
"Termasuk penindasan yang mengerikan," tambahnya.
Sebagian dari RUU tersebut berlaku segera, termasuk unsur "akomodasi umum" yang berarti orang kulit hitam tidak lagi dapat dikecualikan dari restoran, hotel, bar, bioskop, stadion olahraga dan fasilitas publik lainnya.
Tentang hak suara dan desegregasi sekolah juga dapat diberlakukan dan memberi Jaksa Agung lebih banyak kekuatan untuk campur tangan jika diperlukan.
Selama debat RUU Hak Sipil itu, politisi segregasionis dari Amerika bagian selatan mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan mereka.
Anggota Kongres Howard Smith dari Virginia menyebutnya "penindasan dahsyat terhadap rakyat".
Simak video pilihan berikut:
Sambut Dengan Bahagia
Aktivis hak-hak sipil menyambut baik undang-undang baru ini. Roy Wilkins, sekretaris Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Hitam menggambarkannya sebagai "Magna Carta hak asasi manusia".
Dia memuji penunjukan mantan gubernur Florida Leroy Collins sebagai direktur Layanan Hubungan Masyarakat yang baru, yang dibentuk untuk menangani masalah-masalah yang timbul dari pemisahan fasilitas dan institusi publik.
Pada tanggal yang sama di tahun 1990, Sekitar 1.426 jemaah dilaporkan meninggal dunia akibat berdesak-desakan dan saling injak di terowongan Haratul Lisan, Mina.
Selain itu, pada 1992 buku berjudul A Brief History of Time karya Stephen Hawking memecahkan rekor buku non fiksi terlaris di Inggris, dengan menjual 3 juta eksemplar dan ditulis dalam 22 bahasa.
Advertisement