Liputan6.com, Bayannur - Ancaman black death atau wabah bubo (bubonic plague) muncul di daerah Mongolia Dalam, China. Seorang remaja dibawa ke rumah sakit seteah memakan marmut.
Kasus black death ini ditemukan Sabtu kemarin oleh otoritas kesehatan di Bayannur. Ancaman wabah bagi manusia dianggap nyata.
Advertisement
Baca Juga
"Publik harus meningkatkan kesadaran perlindungan diri dan segera melaporkan kondisi tidak normal," ujar otoritas kesehatan setempat seperti dilansir Financial Express, Selasa (7/7/2020).
Selain itu, pekan lalu Xinhua melaporkan bahwa kasus black death yang terjadi akibat ada kakak-adik yang makan marmut di Provinsi Khovt. Otoritas kesehatan pun meminta agar masyarakat tidak memakan marmut.
Kasus baru black death juga dilaporkan terjadi pada seorang remaja berusia 15 tahun di provinsi Bayan-Ulgii, Mongolia. Ia diketahui memakan marmut yang diburu anjingnya.
Black death merupakan penyakit yang bisa disebarkan oleh kutu yang hidup di hewan pengerat liar, termasuk marmut. Jika tidak ditangani tepat waktu, penyakit ini bisa membunuh orang dewasa dalam 24 jam.
Tahun lalu, sepasang orang meninggal dunia di provinsi Bayan-Ulgii akibat memakan marmut mentah.
Kabar mengenai black death ini muncul di tengah pandemi Virus Corona (COVID-19). Sebelumnya, potensi ancaman virus flu babi G4 juga sempat muncul.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ilmuwan Temukan Strain Virus Mirip Corona COVID-19 di Tambang China 2013
Laporan baru tentang ditemukannya strain atau jenis virus yang mirip dengan Corona COVID-19 pada 2013 tengah beredar saat ini.Â
Dikutip dari The Sun, strain itu ditemukan di sebuah tambang yang terbengkalai.Â
eorang ahli dari Institut Virologi Wuhan, Dr Shi Zhengli dalam makalah penelitiannya yang diterbikan di jurnal Nature menyebutkan bahwa strain tersebut memiliki kecocokan 96,2 persen dengan Corona COVID-19. Nama dari strain itu adalah RaTG13, yang didapat dari kelelawar.Â
Strain yang ditemukan di tambang penuh kelelawar dan tikus itu ditemukan dan disimpan selama bertahun-tahun di laboratorium Institut Virologi Wuhan, menurut laporan The Sunday Times pada 4 Juli 2020.Â
Penemuan strain yang memiliki kemiripan dengan Corona COVID-19 ini dikatakan sebagai yang terkuat, dalam pencarian asal pandemi yang kini terjadi.Â
Strain tersebut ditemukan setelah 6 pria mengalami demam, batuk, dan radang paru-paru pada 2012. Selain itu, setengah dari mereka mengalami gejala berat usai bekerja di tambang.Â
4 dari 6 pria tersebut dinyatakan positif memiliki antibodi Virus Corona, tetapi 2 orang meninggal sebelum mereka dapat diperiksa, kata laporan itu.
Kecocokan terdekat dengan Virus Corona COVID-19 yang ditemukan tujuh tahun lalu oleh para ilmuwan China di sebuah tambang itu, dikaitkan dengan kematian yang disebabkan oleh penyakit pernapasan tipe Virus Corona.
Penyelidikan oleh The Sunday Times mengklaim telah menemukan bukti bahwa China gagal secara terbuka membagikan informasi penting tentang kerabat virus COVID-19, meskipun itu menjadi petunjuk kuat dalam perburuan asal mula pandemi.
Mengutip The Sun, pada Februari lalu Dr Shi Zhengli yang dijuluki sebagai "Wanita Kelelawar" oleh rekan-rekannya di Institut Virologi Wuhan ikut menulis makalah akademis paling luas tentang Virus Corona jenis baru sampai saat itu.
Tetapi salah satu rekan lama Dr. Shi menuduh informasi tentang sampel RaTG13 yang ditemukan di tambang terbengkalai itu tidak dibagikan.
Munculnya kabar ini akibat Presiden AS Donald Trump pada April menyampaikan ia memiliki "kepercayaan yang tinggi" bahwa Corona COVID-19 berasal dari Institut Virologi Wuhan.
Advertisement