Liputan6.com, Fort Hood - Militer Amerika Serikat menjadi sorotan akibat kematian seorang prajurit bernama Vanessa Guillen. Kematian wanita berusia 20 tahun lalu diduga pihak keluarga akibat kasus pelecehan seksual.
Vanessa Guilen adalah seorang Private First Class di pangkalan Fort Hood, Texas. Ia dilaporkan menghilang pada April lalu dan mayatnya ditemukan pada akhir bulan lalu.
Advertisement
Baca Juga
Kasus kematian Guilen membuat warganet bersuara lewat tagar #IamVanessaGuillen untuk mengekspos pelecehan seksual di kalangan militer. Maraknya kasus pelecehan jarang terekspos karena survivor takut karier mereka terancam.
#IamVanessaGuillen dianggap mirip dengan gerakan #MeToo yang membongkar kasus pelecehan seksual di tempat kerja.
"Saya pikir tagar #IamVanessaGuillen adalah benar-benar saat di mana pria dan wanita militer merasa mendapat kekuatan untuk angka bicara. Militer belum pernah mempunyai gerakan #MeToo hingga sekarang," ujar Kolonel Don Christensen, mantan kepala jaksa Angkatan Udara AS, seperti dilansir USA Today, Rabu (8/7/2020).
Saat ini, Christensen menjabat sebagai presiden Protect Our Defenders, sebuah organisai nasional yang ingin mengakhiri pemerkosaan dan serangan seksual di militer.
"Rasa takut terhadap retalisasi telah membungkam terlalu banyak survivor, dan saya melihat ini bisa menjadi potensi laut perubahan yang menerobos resistensi dari jenderal dan laksamana yang ingin melanjutkan status quo," ujar Christensen.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Survivor Lain Angkat Bicara
Tagar @IamVanessaGuillen membuat banyak survivor lainnya angkat bicara. Mereka memposting foto Vanessa Guillen dan foto mereka sendiri.
"Saya baru saja masuk usia 20 tahun. Saya bahkan belum selesai pelatihan ketika saya diserang. Saya melaporkan. Pria itu mengaku dan 4 wanita lain angkat bicara. Pria itu dibebaskan. Dua anggota juri E8 tertawa di wajah saya setelah memberikan putusan 'tidak bersalah.' Pria itu mendapat promosi. Saya menderita PTSD," ujar seseorang dengan aku @mf_potato.
E8 adalah pangkat Sersan Pertama di AS.
#IAMVANESSAGUILLEN I just turned 20. I wasn’t even done with training when I was assaulted. I reported. He confessed and 4 other women came forward. He was acquitted. Two E8 jury members laughed in my face after giving the “not guilty” verdict. He got a promotion. I got PTSD. pic.twitter.com/N9BFfo6Mtb
— ~ d ~ (@mf_p0tat0) July 1, 2020
Warganet lain berkata kasus Vanessa Guillen bukanlah kasus satu-satunya. Ia meminta agar para survivor berbagi cerita mereka.
Ada lagi pengguna Twitter yang berkata pelaku yang menyerangnya secara seksual masih aktif di militer.
"#IamVanessaGuillen Saya dulu bekerja aktif sebagai mekanis jet. Para pria yang menyerang saya secara seksual masih menjabat dengan seragam hari ini. Secara statistik, kamu lebih mungkin diperkosa oleh seseorang yang memakai seragam yang sama denganmu ketimbang ditembak musuh. Baca itu lagi," ujar akun @She__Cow
#IAMVANESSAGUILLEN I served active duty as a jet mechanic.The men who sexually assaulted me are still serving in uniform today.STATISTICALLY you are more likely to get raped by someone in the same uniform as you than you are to be shot at by the enemy. Read that again.
— SheCow✊🏻✊🏼✊🏽✊🏾✊🏿 (@She__Cow) June 30, 2020
Don Christensen dari Protect Our Defenders berkata hanya sedikit pelaku yang dibuat bertanggung jawab.
"Kita tahu ada lebih dari 20 ribu serangan seksual yang melibatkan prajurit aktif pria dan wanita pada 2019, tapi dari semua itu hanya 139 yang hanya divonis melakukan serangan seksual.
Advertisement