Sukses

Dampak UU Keamanan Hong Kong, AS Pertimbangkan Opsi Terbatas Terkait Hubungan China

AS sedang mempertimbangkan opsi terbatas untuk hubungannya dengan China.

Liputan6.com, Washington D.C - Amerika Serikat kini sedang mempertimbangkan opsi-opsi terbatas untuk berurusan dengan China atas langkah-langkahnya baru-baru ini di Hong Kong, ketika ketegangan antara Washington dan Beijing kian memanas. China telah resmi memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong yang kontroversial.

Mengutip Channel News Asia, Senin (13/7/2020), langkah-langkah terhadap sistem keuangan Hong Kong berisiko berdampak terhadap perusahaan dan konsumen AS, Barat, dan Hong Kong, mengutip pejabat dan analis Amerika Serikat.

Langkah-langkah seperti sanksi yang lebih bertarget terhadap pejabat China dan langkah perdagangan terhadap produk yang dibuat di Hong Kong akan berdampak kecil pada integrasi kota Beijing ke dalam sistem politik dan keamanan daratan.

Pada Kamis 9 Juli, pejabat administrasi Trump membahas rencana atas Hong Kong dalam pertemuan Gedung Putih. Para pejabat akan berkumpul kembali awal pekan ini dan dapat mengumumkan sanksi atau tindakan lain.

Pekan lalu, Washington menjatuhkan sanksi pada wilayah otonom Sekretaris Partai Komunis Xinjiang, Chen Quanguo, anggota Politbiro Tiongkok yang kuat, dan tiga pejabat lainnya.

Beijing menggambarkan sanksi itu "sangat merugikan" hubungan timbal balik antara kedua negara dan memperingatkan bahwa China akan memberlakukan tindakan timbal balik pada pejabat dan organisasi AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

2 dari 2 halaman

Hubungan Bilateral Kian Panas

Ketika ketegangan bilateral meningkat terkait berbagai hal mulai dari Virus Corona baru, perdagangan, hukum keamanan Hong Kong yang baru dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uighur di wilayah Xinjiang, pemerintah AS memperingatkan warga Amerika untuk "meningkatkan kewaspadaan" di China.

Sebelumnya, sebuah laporan Bloomberg mengatakan, para penasihat utama Trump menimbang proposal untuk melemahkan pasak mata uang Hong Kong terhadap dolar AS, meskipun gagasan itu tampaknya tidak mendapatkan daya tarik.