Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus mengatakan dirinya "terluka" atas keputusan Turki untuk mengembalikan Hagia Sophia di Istanbul menjadi masjid. Berbicara dalam sebuah misa di Vatikan, pemimpin Katolik Roma itu mengimbuhkan bahwa ia "memikirkan Istanbul".
Hagia Sophia dibangun sebagai katedral hampir 1.500 tahun lalu dan diubah menjadi masjid setelah penaklukan Kekaisaran Utsmaniyah pada 1453.
Mengutip BBC, Senin (13/7/2020), situs Warisan Dunia UNESCO itu dijadikan museum pada 1934 melalui kekuasaan pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Advertisement
Namun awal pekan ini, pengadilan Turki membatalkan status museum yang disandang situs itu, dan menyatakan bahwa penggunaannya selain untuk masjid "tidak dimungkinkan secara hukum".
Paus Fransiskus hanya berbicara beberapa patah kata tentang perkara ini: "Saya memikirkan Istanbul. Saya memikirkan Santa Sophia dan saya sangat terluka."
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan salat berjemaah pertama akan diadakan di Hagia Sophia pada 24 Juli.
Tak lama setelah pengumuman, suara azan pertama dikumandangkan di situs web dan disiarkan di semua saluran berita utama Turki.
Saluran media sosial Hagia Sophia juga telah dihapus.Kelompok Islamis di Turki telah lama meminta Hagia Sophia untuk dikembalikan menjadi masjid, tetapi para anggota kelompok oposisi yang berpaham sekuler menentang langkah itu.
Membela keputusannya, Presiden Erdogan menekankan bahwa negara telah melaksanakan hak kedaulatannya. IA menambahkan bahwa Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk semua Muslim, non-Muslim, dan pengunjung dari luar negeri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Banyak Tuai Kontra
Paus adalah salah satu dari beberapa pemimpin agama dan politik di seluruh dunia yang mengkritik langkah ini.
Dewan Gereja Sedunia meminta Presiden Erdogan untuk membatalkan keputusan itu.
Gereja di Rusia, rumah bagi komunitas Kristen Ortodoks terbesar di dunia, segera menyatakan penyesalannya bahwa pengadilan Turki tidak mempertimbangkan keberatannya dalam membuat keputusan tentang Hagia Sophia.
Langkah ini juga mendapat kecaman dari Yunani, dan Unesco mengatakan Komite Warisan Dunia sekarang akan meninjau ulang status monumen itu.
Salah satu penulis paling terkenal dari Turki, Orhan Pamuk, mengatakan kepada BBC bahwa keputusan itu akan menghilangkan "kebanggaan" beberapa warga Turki dalam menjadi bangsa Muslim yang sekuler.
"Ada jutaan orang Turki sekuler seperti saya yang berteriak-teriak menentang ini tetapi suara mereka tidak didengar," kata Pamuk.
Advertisement