Liputan6.com, Kabul- Taliban bentrok dengan pasukan keamanan setelah terjadi ledakan bom mobil di kompleks pemerintah Afghanistan pada 13 Juli 2020 waktu setempat.
Serangan yang menewaskan 11 orang dan melukai puluhan lainnya itu, terjadi di fasilitas pemerintah di ibu kota Provinsi Samangan, Aybak, dekat dengan badan intelijen utama, kantor Direktorat Keamanan Nasional (NDS).Â
Baca Juga
Juru bicara pemerintah Provinsi Samangan, Mohammad Sediq Azizi mengatakan, "Ini serangan kompleks yang dimulai dengan bom mobil".
Advertisement
Mohammad juga menambahkan, bahwa serangan berakhir setelah empat pria penyerang yang bersenjata tewas setelah bentrokan dengan pasukan keamanan Afghanistan.Â
11 orang yang tewas karena serangan itu adalah pasukan keamanan, menurut para pejabat setempat.Â
Sementara 43 warga sipil, termasuk anak-anak, dan anggota pasukan keamanan mengalami luka-luka karena serangan itu, dengan jumlah yang diperkirakan akan meningkat, kata Direktur Kesehatan Provinsi Samangan, Khalil Musadeq.Â
Haseeb, seorang pegawai pemerintah yang hanya memberikan satu nama dan bekerja di dekat lokasi serangan, menceritakan kesaksiannya dengan mengatakan, "Ledakan itu cukup besar hingga merusak semua jendela kita," seraya menambahkan bahwa "Banyak orang yang terluka karena pecahan kaca".
Taliban mengklaim mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hal itu dipaparkan oleh Zabihullah Mujahid, yang merupakan seorang juru bicara Taliban, demikian seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (14/7/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Serangan Picu Tuduhan Taliban Perkuat Posisi
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecam serangan itu, dan menuduh Taliban berusaha memperkuat posisi mereka sebelum negosiasi.
Selain itu, pejabat lokal juga menuduh Taliban menyerang pos-pos pasukan keamanan di seluruh negeri bermalam-malam.Â
Serangan di provinsi Badakhshan itu menewaskan 7 personel, 14 personel di Kunduz, dan 4 personel di Provinsi Parwan.
Dalam beberapa hari terakhir, rangkaian kekerasan terjadi di sebagian besar wilayah di Afghanistan, menyusul ketidaksepakatan antara pemerintah dan militan Taliban terkait pembebasan tahanan.
Sebanyak 5.000 tahanan Taliban dikatakan akan dibebaskan sebelum pembicaraan intra-Afghanistan, bersama dengan hingga 1.000 tahanan pemerintah, menurut kesepakatan yang datang pada Februari 2020 antara AS dan Taliban.
Perjanjian itu juga membuka jalan bagi penarikan semua pasukan internasional dari Afghanistan.
Taliban diusahakan untuk memasuki tahap pembicaraan dengan pihak Pemerintah Afghanistan dalam upaya untuk mengakhiri konflik selama 19 tahun itu.
Namun, sejauh ini, Taliban masih menolak untuk bergabung dengan proses itu sebelum semua tahanannya dibebaskan, berdasarkan daftar yang diberikan kepada para pejabat AS.
Menurut angka yang diberikan oleh kedua pihak, Pemerintah Afghanistan telah membebaskan 4.199 tahanan Taliban dan 779 anggota pasukan pro-pemerintah Taliban.Â
Advertisement